Makalah Sejarah Pertumbuhan Etika
SEJARAH
PERTUMBUHAN
ETIKA
1.1. Latar Belakang
Kata akhlak (etika) dalam
pendekatan bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu,
yang dikenal dengan istilah adat istiadat atau tradisi yang sangat dihormati
oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat.
Selama lebih kurang seribu
tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah pernah membangun “kerajaan
filsafat“, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai macam aliran
filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-semata
berdasarkan fikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama.
Selain itu juga masih terdapat ahli-ahli fikir lain di zaman sebelum islam,
pertengahan, dan di zaman modern.
Pada pembahasan ini kami
akan menjelaskan tentang sejarah pertumbuhan etika dari beberapa periode.
1.2. Rumusan Masalah
·
Bagaimana sejarah pertumbuhan etika?
·
Bagaimana etika dalam periode Yunani?
·
Bagaimana etika dalam periode
Pertengahan?
·
Bagaimana etika dalam peride Modern?
1.3 Tujuan Penulisan
·
Untuk mengetahui sejarah pertumbuhan
etika
·
Untuk mengetahui etika pada periode
Yunani
·
Untuk mengetahui etika pada periode
Pertengahan
·
Untuk mengetahui etika pada periode
Modern
BAB II
SEJARAH PERTUMBUHAN ETIKA
SEJARAH ETIKA
Etika berasal dari istilah etik,
istilah ini berasal dari bahasa Greek yang mengandung arti kebiasaan atau cara
hidup. K Bertens dalam buku etikanya menjelaskan lebih jelas lagi. Etika
berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Etika berasal dari istilah etik, istilah
ini berasal dari bahasa Greek yang mengandung Yunani ethos dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput; kandang;
kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk
jamak artinya adalah adat kebiasaan.
Etika sering
diidentikan dengan moral (moralitas). Namun, meskipun sama-sama terkait dengan
baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan pengertian.
Moralitas lebih condong pada pengertian nilai baik dan buruk dari setiap
perbuatan manusia itu sendiri, sedangkan etika berarti ilmu yang mempelajari tentang
baik dan buruk. Jadi bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang
perbuatan baik dan buruk. Dalam filsafat terkadang etika disamakan dengan
filsafat moral.
Etika membatasi dirinya dari
disiplin ilmu lain dengan pertanyaan apa itu moral? Ini merupakan bagian
terpenting dari pertanyaan-pertanyaan seputar etika. Tetapi di samping itu
tugas utamanya ialah menyelidiki apa yang harus dilakukan manusia. Semua cabang
filsafat berbicara tentang yang ada, sedangkan filsafat etika membahas yang
harus dilakukan.
Selain itu etika bisa disebut
sebagai ilmu tentang baik dan buruk atau kata lainnya ialah teori tentang
nilai. Dalam Islam teori nilai mengenal lima ketegori baik-buruk, yaitu baik
sekali, baik, netral, buruk dan buruk sekali. Nilai ditentukan oleh Tuhan,
karena Tuhan adalah maha suci yang bebas dari noda apa pun jenisnya. Tetapi
tujuan etika itu sendiri ialah bagaimana mengungkap perbedaan kebaikan dan
keburukan sejelas-jelasnya sehingga mendorong manusia terus melangkah pada
kebaikan.
Berikut ini, saya mencoba
untuk memaparkan sejarah perkembangan Etika, dari masa ke masa :
A. ETIKA
PERIODE YUNANI
Franz
Magnis Suseno (1987: 14), mengatakan bahwa secara historis Etika sebagai
usaha Filsafat lahir dari keambrukan tatanan moral di lingkungan
kebudayaan Yunani 2500 tahun lalu. Karena pandangan-pandangan lama tentang
baik dan buruk tidak lagi dipercaya, para filosof mempertanyakan kembali
norma-norma dasar bagi kelakuan manusia.
Yunani
menjadi tempat pertama kali disusunnya cara-cara hidup yang baik ke dalam
suatu sistem dan dilakukan penyelidikan tentang soal tersebut sebagai
bagian filsafat. Berkat pertemuannya dengan para pedagang dan kaum kolonis dari
berbagai Negara, orang-orang Yunani yang sering mengadakan perjalanan ke
luar negeri itu menjadi sangat tertarik akan kenyataan bahwa terdapat
berbagai macam kebiasaan, hukum, tata kehidupan, dan lain-lain. Bangsa
Yunani mulai bertanya: Apakah miliknya, hasil pembudayaan Negara tersebut
benar- benar lebih tinggi? Karena tiada seorang pun dari Yunani yang akan
mengatakan sebaliknya, maka kemudian diajukanlah pertanyaan, “Mengapa
begitu?” kemudian diselidikinya semua perbuatan manusiawi, dan lahirlah cabang
baru dari filsafat, yakni filsafat moral (filsafat kesusilaan) atau etika (W. Poespoproddjo,1999: 18).
Jejak-jejak
pertama sebuah etika muncul dikalangan murid Pytagoras. Ia lahir pada tahun 570
SM di Samos di Asia Kecil Barat dan kemudian pindah ke daerah Yunani di Italia
Selatan. Ia meninggal 496 SM. Di sekitar Pytagoras terbentuk lingkaran murid
yang tradisinya diteruskan selama dua ratus tahun. Menurut mereka
prinsip-prinsip matematika merupakan dasar segala realitas. Mereka penganut
ajaran reinkarnasi. Menurut mereka badan merupakan kubur jiwa
(soma-sema,”tubuh-kubur”). Agar jiwa dapat bebas dari badan, manusia perlu
menempuh jalan pembersihan. Dengan bekerja dan bertapa secara rohani, terutama
dengan berfilsafat dan bermatematika, manusia dibebaskan dari ketertarikan
indrawi dan dirohanikan.
Seratus
tahun kemudian, Demokritos (460-371 SM) bukan hanya mengajarkan bahwa segala
apa dapat dijelaskan dengan gerakan bagian-bagian terkecil yang tak terbagi
lagi, yaitu atom-atom. Menurut Demokritos nilai tertinggi adalah apa yang enak.
Dengan demikian, anjuran untuk hidup baik berkaitan dengan suatu kerangka
pengertian hedonistik.
Sokrates
(469-399 SM) tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya tidak mudah direkonstruksi
karena bagian terbesar hanya kita ketahui dari tulisan-tulisn Plato. Dalam
dialog-dialog palto hampir selalu Sokrates yang menjadi pembicara utama
sehingga tidak mudah untuk memastikan pandangan aslinya atau pandangan Plato
sendiri. Melalui dialog Sokrates mau membawa manusia kepada paham-paham etis
yang lebih jelas dengan menghadapkannya pada implikasi-implikasi
anggapan-anggapannya sendiri. Dengan demikian, manusia diantar kepada kesadaran
tentang apa yang sebenarnya baik dan bermanfaat. Dari kebiasaan untuk
berpandangan dangkal dan sementara, manusia diantar kepada kebijaksanaan yang
sebenarnya.
Plato
(427 SM) tidak menulis tentang etika. Buku etika pertama ditulis oleh
Aristoteles (384 SM). Namun dalam banyak dialog Plato terdapat
uraian-uraian bernada etika. Itulah sebabnya kita dapat merekontruksi pikiran-pikiran
Plato tentang hidup yang baik. Intuisi dasar Plato tentang hidup yang
baik itu mempengaruhi filsafat dan juga kerohanian di Barat selama 2000 tahun.
Baru pada zaman modern paham tentang keterarahan objektif kepada Yang Ilahi
dalam segala yang ada mulai ditinggalkan dan diganti oleh berbagai pola etika;
diantaranya etika otonomi kesadaran moral Kant adalah yang paling penting.
Etika Plato tidak hanya berpengaruh di barat, melainkan lewat Neoplatoisme juga
masuk ke dalam kalangan sufi Muslim. Disinilah nantinya jalur hubungan
pemikiran filsafat Yunani dengan pemikir muslim seperti Ibn Miskawaih yang
banyak mempelajari filsafat Yunani sehingga mempengaruhi tulisan-tulisannya
mengenai filsafat etika. Setelah Aristoteles, Epikuros (314-270 SM) adalah
tokoh yang berepengaruh dalam filsafat etika. Ia mendirikan sekolah filsafat di
Athena dengan nama Epikureanisme , akan menjadi salah satu aliran besar
filsafat Yunani pasca Aristoteles. Berbeda dengan Plato dan Aristoteles,
berbeda juga dengan Stoa, Epikuros dan murid-muridnya tidak berminat
memikirkan, apalagi masuk ke bidang politik. Ciri khas filsafat Epikuros adalah
penarikan diri dari hidup ramai. Semboyannya adalah “hidup dalam
kesembunyian“. Etika Epikurean bersifat privatistik. Yang dicari adalah
kebahagiaan pribadi. Epikuros menasihatkan orang untuk menarik diri dari
kehidupan umum, dalam arti ini adalah individualisme. Namun ajaran Epikuros
tidak bersifat egois. Ia mengajar bahwa sering berbuat baik lebih menyenangkan
daripada menerima kebaikan. Bagi kaum Epikurean, kenikmatan lebih
bersifat rohani dan luhur daripada jasmani. Tidak sembarang keinginan
perlu dipenuhi. Ia membedakan antara keinginan alami yang perlu (makan),
keinginan alami yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), dan keinginan
sia-sia (seperti kekayaan).
B. ETIKA ABAD
PERTENGAHAN
Pada Abad pertengahan, Etika bisa dikatakan
'dianiaya'. Pada saat itu, banyak orang memerangi Filsafat Yunani dan Romawi,
dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. (H.A. Mustofa, 1999:45).
Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat
telah diterima dari wahyu. dan apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu
adlah benar. jadi manusia tidak perlu lagi bersusah - bersusah menyeliiki
tentang kebenaran hakikat, karena semuanya telah diatur oleh Tuhan.
Ahli - Ahli Filsafat Etika yang lahir pada masa itu, adalah
panduan dari ajaran Yunani dan Ajaran Nasrani. Di antara mereka yang termasyur
adalah Abelard (1079-1142 SM). seorang ahli Filsafat Prancis. Dan Thomas
Aquinus (1226-1270 SM), seorang ahli Filsafat Agama dari Italia. (Ahmaddamin,
1875).
C. ETIKA
PERIODE BANGSA ARAB
Bangsa Arab pada zaman jahiliyah
tidak mempuyai ahli - ahli Filsafat yang mengajak kepad aliran atau Paham
tertentu sebagaimana Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan Aristoteles.
Hal itu terjadi karena penyidikan ilmu tidak
terjadi kecuali di Negara yang sudah maju. waktu itu bangsa Arab hanya memiliki
ahli - ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada kebaikan
dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari
kerendahan yang terkenal pada zaman mereka. (H.A. Mustofa, 1999:46).
Namun sejak kedatangan islam, agama
yang mengajak kepada orang - orang untuk percaya kepada allah, sumber segala
sesuatu di seluruh alam. Allah memberikan jalan kepada manusia jalan yang harus
diseberangi. Allah juga menetapkan keutamaan seperti benar dan adil, yang
harus dilaksanakanya, dan menjadikan kebahagiaan di dunia dan kenikmatan di
akhirat, sebagai pahala bagi orang yang mengikutinya.
Jadi Bangsa Arab pada masa itu, telah puas
mengambil etika dari agama dan tidak merasa butuh untuk menyelidiki mengenai
dasar baik dan buruk. oleh karena itu, agama banyak menjadi dasar buku - buku
yang dilukiskan di dalam etika. Seperti buku karya Al-Ghazali dan Al-Mawardi.
Penyidik Bangsa Arab yang terbesar
mengenai Etika adalah Ibnu Maskawayh, yang wafat pada 421 H. dia mencampurkan
ajaran Plato, Aristoteles, Galinus dengan ajaran islam. Ajaran Aristoteles bnyak
termasu dalam penyelidikan tentang jiwa.(Ahmad Mahmud Shubhi,1992:17).
D. ETIKA PERIODE ABAD MODERN
Pada
akhir abad lima belas, Eropa mulai bangkit. Ahli pengetahuan mulai menyuburkan Filsafat Kuno. Begitu juga dengan Italia,
lalu berkembang ke suluruh Eropa.
Pada masa ini, segala sesuatu dikecam dan
diselidiki, sehingga tegaklah kemerdekaan berfikir. Dan mulai melihat segala
sesuatu dengan pandangan baru, dan mempertimbangkannya dengan ukuran yang baru.
Discarles, seorang ahli Filsafat Prancis
(1596-1650). termasuk pendiri Filsafat baru. Untuk ilmu pengetahuan, ia
menetapkan dasar - dasar sebagai berikut :
1. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan
nyata adanya. Dan apa yang tumbuhnya dari adat kebiasaan saja, wajib di
tolak.
2. Di dalam penyelikidan harus kita mulai dari yang
sekecil - kecilnya, lalu meningkat ke hal - hal yang lebih besar.
3. Jangan menetapkan seusatu
hukum akan kebenaran suatu hal sehingga menyatakan dengan ujian. (H.A. Mustofa,
1999:51).
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
· Etika berkembang dari tiap periode dari periode yunani
sampai periode modern. Seiring berkembangnya etika berkembang pula etika menuju
kearah yang lebih baik.
· Etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan
buruk. Jadi bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik
dan buruk. Dalam filsafat terkadang etika disamakan dengan filsafat moral.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar: