Contoh Jurnal Biologi Tentang Pengamatan Perilaku Aves ( Burung ) di Kebun Binatang Pematang Siantar
Contoh Jurnal Biologi Tentang Pengamatan Perilaku Aves ( Burung ) di Kebun Binatang Pematang Siantar
BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Keanekaragaman spesies mencakup
seluruh spesies yang ditemukan di bumi. Mengenali dan mengklasifikasikan
spesies adalah salah satu tujuan utama biologi konservasi. Diperlukan keahlian
biologi tertentu untuk membedakan satu spesies dari spesies lainnya di bumi
dimana banyak dari makhluk hidup itu berukuran kecil serta memiliki ciri-ciri
khusus yang seringkali tidak mudah dibedakan. Mengidentifikasi proses ketika
satu spesies berevolusi menjadi suatu spesies baru atau bahkan menjadi lebih
dari satu spesies merupakan salah satu pencapaian utama dalam biologi modern.
Spesies umumnya didefinisikan melalui satu atau dua cara. Pertama, spesies
dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa
karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara morfologi,
fisiologi atau biokimia (defenisi spesies secara morfologis). Kedua, spesies
dapat diartikan sebagai sekelompok individu-individu yang berpotensi untuk
berbiak dengan sesama mereka di alam dan tidak mampu berbiak dengan
individu-individu dengan spesies lain (defenisi secara biologis). Karena metode
dan asumsi yang digunakan dalam definisi tersebut berbeda, kedua pendekatan
untuk membedakan spesies tersebut kadang-kadang tidak memberikan hasil yang
sama (Indrawan et al., 2007).
Ketidakpedulian generasi muda dan berkembangnya paham
modern menjadi salah satu permasalahan dalam keberlangsungan dan kelestarian
spesies tersebut. Hal tersebut telah mengikis kearifan lokal bahkan beberapa
telah berkembang ke arah kemusyrikan serta ketidakpedulian. Diperoleh 198 jenis
burung. Sebagian besar adalah burung berkicau (Passeriformes) dan burung pantai. Burung raptor merupakan temuan
yang menarik. Burung raptor dapat digunakan sebagai indikator lingkungan dan
dengan ditemukannya jenis burung raptor di Karst Gunung Sewu merupakan bahwa
ekosistemnya masih terjaga dengan baik. Terdapat tiga jenis raptor yang
ditemukan di bagian selatan, di bagian utara dan di pesisir selatan (Sudarmadji
et al., 2013).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
a. Mengetahui jumlah
spesies burung yang ada di lokasi pengamatan
b. Mengetahui jenis spesies
apa saja yang dapat diamati
c. Mengetahui perilaku yang
dilakukan pada spesies yang diamati
1.3 Manfaat
Praktikum
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah :
a.
Diketahui jumlah spesies burung yang ada di lokasi pengamatan
b.
Diketahui jenis spesies apa saja yang dapat diamati
c.
Diketahui perilaku yang dilakukan pada spesies yang
diamati
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Burung
Burung merupakan salah
satu kelompok terbesar vertebrata yang banyak dikenal, diperkirakan ada sekitar
8.600 jenis yang tersebar di dunia. Burung berdarah panas seperti binatang
menyusui tetapi sebenarnya burung lebih berkerabat dekat dengan reptil yang
mulai berevolusi sekitar 135 juta tahun yang lalu. Semua jenis burung dianggap
berasal dari sesuatu yang mirip dengan fosil burung yang pertama yaitu Archaeopteryx. Burung masa kini berbeda
dengan reptil karena berkembangnya bulu yang mempengaruhi daya terbang. Reptil
seperti Pterosaurus sudah memiliki daya terbang yang kuat tetapi
hanya mengandalkan bentuk sayapnya yang panjang dan berselaput. Pada mulanya
sayap burung yang lebar hanya untuk melayang dan baru dipergunakan untuk
terbang yang sebenarnya setelah bulu sayapnya berkembang semakin lebar, ringan
dan bersusun rapat. Bulu merupakan rahasia keberhasilan burung tidak hanya
karena memberikan daya terbang pada burung-burung yang pertama melainkan juga
memberikan kehangatan dalam memelihara suhu badan. Modifikasi bulu burung masa
kini ada yang berubah fungsi menjadi lapisan yang kedap air, sebagai alat
perasa, berwarna cerah atau berburik-burik untuk memikat atau menyamar. Karena
sayap dipergunakan untuk terbang, burung kehilangan fungsi tangan dan menjadi
makhluk berkaki dua (Mackinnon, 1990).
Banyak ahli taksonomi mengelompokkan kingdom ke dalam
suatu kategori taksonomik yang lebih tinggi yaitu domain. Genus Geospiza menyatu dengan enam spesies
dari genus Camarhynchus. Ordo Passeriformes dikelompokkan dengan
banyak ordo lain dalam kelas Aves yaitu burung. Kelas Aves merupakan salah satu
diantara beberapa kelas yang termasuk ke dalam filum Chordata dalam kingdom
Animalia. Semua anggota famili burung finch
yaitu Fringillidae juga termasuk ke dalam ordo Passeriformes dan kelas Aves namun tidak semua burung adalah burung
finch (Campbell et al., 2003).
Taksonomi modern, ilmu
klasifikasi makhluk hidup, menciptakan sistem klasifikasi yang menggambarkan
hubungan evolusi dari spesies. Dengan mengidentifikasi hubungan-hubungan ini,
ahli taksonomi membantu ahli biologi konservasi mengidentifikasi spesies atau
kelompok-kelompok yang evolusinya unik atau cukup layak dilakukan upaya
konservasi. Dalam klasifikasi modern: spesies yang mirip dikelompokkan dalam
satu genus Blackburnian warbler (Dendroica fusca) dan berbagai spesies Warbler
(burung kecici) yang mirip dimasukkan dalam genus Dendroica. Genus (marga) yang mirip dikelompokkan ke dalam satu
famili (suku): semua genus Wood Warbler (burung
kecici hutan) masuk dalam famili Parulidae. Famili yang mirip dikelompokkan ke
dalam satu ordo: semua famili burung berkicau masuk ke dalam ordo Passeriformes. Ordo yang mirip
dikelompokkan ke dalam satu kelas (bangsa): semua ordo burung masuk kelas Aves.
Kelas yang mirip dikelompokkan ke dalam satu filum Chordata. Filum yang mirip
dikelompokkan ke dalam satu kingdom/kerajaan: semua kelas hewan masuk ke dalam
kingdom Animalia (Indrawan et al., 2007).
Tulang
burung berevolusi menjadi berongga berisi udara dan lebih ringan; tulang
punggungnya menjadi lebih pendek dan menyatu; paruhnya terbentuk dari zat
tanduk yang ringan dan tidak bergigi dibandingkan dengan rahang bergigi dari
tulang yang berat pada reptil, nenek moyang mereka. Bentuk tubuh burung telah
terbukti sangat berhasil dalam penyebarannya di seluruh muka bumi. Mereka
menempati setiap tipe habitat dari khatulistiwa sampai daerah kutub ada burung
hutan, burung padang terbuka, burung gunung, burung air, ada burung yang
menjelajahi samudera terbuka dan ada juga burung yang hidup dalam gua dan dapat menemukan arah dalam kegelapan
(Mackinnon, 1990).
2.2 Keanekaragaman Spesies Burung
Beragam jenis burung
secara teratur bermigrasi melintasi pulau dan benua, terutama menghindari musim
dingin. Benua asal burung migrasi adalah tempat mereka berkembang biak yang
pada umumnya mengalami empat musim serta terletak pada iklim sejuk di lintang
utara atau lintang selatan. Umumnya, burung akan bermigrasi menghindari musim
dingin selama empat hingga enam bulan lamanya dan setelah itu baru kembali di
musim panas di benua asal mereka untuk berbiak. Burung bermigrasi tidak akan
tinggal selamanya di daerah tropika karena kompetisi makanan pun cukup ketat di
daerah tropika. Di daerah tropika tidak cukup ekonomis bagi mereka untuk
menetap dan berbiak (Indrawan et al., 2007).
Beragam populasi dan spesies burung dari berbagai suku
melakukan migrasi. Termasuk diantaranya berbagai spesies burung pantai,
pemangsa yang aktif siang hari, pemangsa yang aktif hanya di malam hari, trinil
dan kerabatnya berbagai spesies burung pantai, mandar dan kerabatnya berbagai
spesies burung air serta berbagai burung penyanyi (termasuk burung hutan).
Beberapa burung yang melakukan peralanan lintas benua itu berukuran kecil,
misalnya layang-layang asia dan sikatan gunung. Di daerah kawasan Wallacea jumlah spesies yang bermigrasi
mendekati seratus jenis, sementara di daerah kawasan Sunda jumlahnya mungkin
dua kali lipat jumlah di kawasan Wallacea.
Indonesia menerima migrasi dari dua daerah sekaligus yaitu dari Utara dan
Selatan. Dari Utara, migrasi dilakukan melalui jalur Paleartik atau Asia Timur. Paleartik
artinya kurang lebih adalah belahan bumi utara, sehingga termasuk di dalamnya
Benua Eropa, Afrika di Utara Sahara, lingkaran Artik/Alaska dan Asia Utara/Asia
bermusim dingin di Utara Himalaya. Diperkirakan bahwa setiap tahun tidak kurang
dari 12-15 juta burung melakukan migrasi melalui jalur Paleartik menuju Selatan. Burung dari Utara pada umumnya bermigrasi
dan bertahan di daerah tropika (di Selatan) hanya antara bulan September sampai
April. Kelompok ini seringkali memasuki Indonesia melalui Semenanjung Malaya
serta Sumatera dan seringkali terus ke bagian Timur. Jalur lainnya dari Jepang,
Taiwan lalu ke Filipina dan wilayah Indonesia. Mesikipun mendorong suatu
populasi atau spesies memulai migrasi jarak jauh panjangnya siang hari, namun
di daerah tropika panjang siang hari tidak bervariasi dari musim ke musim
(Indrawan et al., 2007).
Pulau-pulau Sunda yaitu
Kalimantan dan Jawa serta Semenanjung Malaya, dihuni 200 jenis burung yang
penyebarannya tidak meluas ke daratan Asia dan juga tidak ke Wallacea yang berdekatan ini cukup untuk
membedakan kawasan Sunda secara zoogeografi sebagai subregio fauna yang
tersendiri. Kawasan Jawa adalah kawasan yang paling ujung subregio Sunda.
Inilah yang paling terisolasi dari daratan Asia, luasnya juga lebih kecil daripada
kawasan yang lain. Karena itu kekayaan jenis lebih kecil sedikit daripada
Kalimantan atau Sumatera tetapi lebih berbeda dengan 24 jenis endemik yang
terbatas disana dan lebih dari 170 anak jenis endemiknya yang dikenal. Bali dan
kebanyakan bagian di sebelah timur Jawa dimasuki oleh beberapa jenis Nusa
Tenggara (Mackinnon, 1990).
Menemukan
semua spesies di suatu daerah tergantung dalam keterampilan dalam mengamati
spesies burung. Pengamatan perlu dilakukan sampai ke tempat yang tepat untuk
mengidentifikasi setiap jenis burung disana. Hanya sedikit orang yang dapat
mengidentifikasi dengan benar melalui pandangan dan pendengaran atau suara yang
tak dikenal sehingga hal tersebut dapat dilakukan sebagai keterampilan dalam
melakukan pengidentifikasian keanekaragaman spesies dilokasi tempat. Di daerah
yang asing, terutama di daerah tropis, ini mungkin memakan waktu beberapa hari
(Sutherland
et al., 2004).
2.3 Habitat Burung
Fragmentasi habitat memperbesar
kerentanan terhadap serangan spesies asing dan spesies hama alami. Beberapa
spesies burung dapat bertambah jumlahnya, terutama di sepanjang tepi hutan dan
di fragmen-fragmen kecil. Mereka memperoleh makanan dari habitat yang terganggu
maupun dari daerah yang tidak terganggu. Dengan demikian, mereka menurunkan
kepadatan biji-bijian dan serangga. Para spesies pinggiran hutan ini juga dapat
memakan telur dan anak-anak burung hutan sehingga mencegah keberhasilan
reproduksi dari banyak spesies burung baik yang berada beberapa ratus meter
dari tepi hutan terdekat maupun dari fragemen-fragmen habitat yang kecil.
Gabungan dari fragmentasi habitat, peningkatan pemangsaan di sarang dan
perusakan habitat burung hutan yang
bermigrasi di daerah tropika tampaknya menyebabkan penurunan drastis
spesies burung migran di Amerika Utara seperti Dendroica cerulea. Spesies ini khusunya terdapat di bagian timur
Amerika Serikat dan setiap tahun bermigrasi ke daerah tropika menghindari musim
dingin. Selain efek lokal ini, individu spesies burung di Amerika Utara dan Eropa
seringkali menurun dan meningkat pada skala regional sebagai akibat perubahan
pola pengguanan lahan. Sebagai contoh, di bekas lahan pertanian yang tak diurus
dan dibiarkan menjadi hutan kembali, spesies burung hutan dapat meningkat
jumlahnya (Indrawan et al., 2007).
Di daerah beriklim sedang terdapat perbedaan musim yang
mencolok antara satu dengan yang lain, tetapi di daerah tropika variasi iklim
jauh lebih sedikit dan suhu udaranya tinggi hampir sepanjang tahun. Sebagian
besar burung penetap tidak menunjukkan reaksi terhadap perubahan musim dan
beberapa jenis berkembang bia dalam bulan-bulan sepanjang tahun. Namun demikian
kita dapat mengenali beberapa pola perkembangbiakan yang khas dan pola ini
berhubungan dengan adanya perbedaan curah hujan. Cuaca musiman dapat jelas
ditandai di daerah bagian timur dan utara pulau Jawa yang lebih kering.
Sebaliknya daerah-daerah yang lebih basah di Jawa Barat memiliki curah hujan
lebih dari 3.000 mm. Secara keseluruhan, musim berkembang biak di bagian timur
Jawa adalah satu atau dua bulan lebih cepat daripada jenis-jenis yang ada di
bagian barat, tetapi burung yang berbeda memiliki musim tersendiri yang mereka
sukai. Oleh sebab itu burung-burung air di bagian timur Jawa cenderung untuk
membuat sarangnya pada akhir musim hujan dimana permukaan air sedang mengalami
pasang tertinggi (Mackinnon, 1990).
Beberapa
burung melakukan perjalanan sampai keluar negeri, gurun, pegunungan tinggi atau
medan bermusuhan lainnya. Fakta bahwa beberapa burung dapat melakukan
perjalanan sepertinya tidak berarti bahwa semua bisa dilakukannya. Tergantung
pada jenis burung itu sendiri, seperti ukuran dalam fisiologi dan juga disesuaikan
pada habitatnya. Lautan yang tidak ramah bagi burung darat, benua untuk burung
laut pelagis, negara terbuka untuk burung hutan dan gurun tandus untuk hampir
semua burung. Pada beberapa rute darat, unggas air dan penyeberang mungkin
mengalami beberapa situs di mana mereka dapat beristirahat dan makan.
Kebanyakan burung terbang dapat bermigrasi di daerah habitat kecil dimana mereka bisa menyeberang
dalam beberapa kesulitan perjalanan yang membutuhkan waktu berjam-jam (Newton,
2008).
2.4 Peranan Burung
Ahli ekologi sepakat bahwa
burung-burung bercakar dan pemakan daging merupakan top predator. Peran meraka
sangat penting sebagai penjaga keseimbangan ekosistem. Burung-burung ini
populasinya sangat sedikit. Hal ini disebabkan pembawaan biologis yang dimilikinya.
Misalnya elang Jawa Spizaetus bartelsi adalah
pemakan daging yang mempunyai pola reproduksi sangat lambat. Setiap musim hanya
bertelur dua atau tiga butir saja. Jika populasi ini punah karena perburuan
manusia dikonsumsi atau diperdagangkan maka populasi hama, misalnya tikus akan
meningkat. Peningkatan populasi dapat terjadi jika predator seperti elang,
burung hantu dan ular sudah tidak dijumpai lagi di pinggiran hutan. Dampaknya,
banyak petani mengalami kerugian (Mangunjaya et al., 2005).
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat
Pengamatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Desember 2015 pada pukul 07.00-15.00 WIB dilokasi Kebun Binatang Biro Rektor Universitas
Sumatera Utara dan Laboratorium
Ekologi Umum, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah camera digital, papan
kerja dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah berbagai spesies
aves yang ada dilokasi kebun binatang dan tabel data pengamatan aves.
3.3 Prosedur Percobaan
Pada
pengamatan ini disediakan camera digital. Ditentukan lokasi pengamatan yang
akan dituju. Diamati perilaku spesies yang ada dilokasi. Dicatat perilaku spesies
yang diamati setiap 20 menit sekali selama 8 jam dimulai dari pukul 07.00-15.00
WIB ditabel data pengamatan aves yang telah disediakan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAAN
4.1
Hasil
4.1.1 Tabel Pengamatan Aves Spesies Pavo muticus
No
|
Prilaku
|
Waktu
|
|||||||||||||||||||
20
|
40
|
60
|
80
|
100
|
120
|
140
|
160
|
180
|
200
|
220
|
240
|
260
|
280
|
300
|
320
|
340
|
360
|
400
|
420
|
||
INDIVIDU
|
|||||||||||||||||||||
a.
Prilaku perawatan diri
|
|||||||||||||||||||||
-
Menelisik bulu
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|||
-
Menggaruk kepala
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|||||||||||||||
b.
Berjemur
|
|||||||||||||||||||||
-
Mengembangkan bulu-bulu kepala
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
||||||||||||||||||
-
Mengembangkan bulu-bulu leher
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
||||||||||||||||||
-
Mengembangkan bulu-bulu punggung
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
||||||||||||||||||
-
Mengembangkan bulu-bulu bagian
belakang tubuhnya
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
||||||||||||||||||
-
Mengembangkan sayap dan mengangkat
bagian ekornya
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|||||||||||||||
c.
Prilaku kenyaman tubuh
|
|||||||||||||||||||||
-
Menggoyangkan tubuh
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|||||||||
-
Mengangkat sayap
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
||||||||
-
Merentangkan sayap
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|||||||||||
-
Mengepak-ngepak sayap
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|||||||||||||||||
d.
Prilaku peregangan
|
|||||||||||||||||||||
-
Menganga
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
||||||||||||||
-
Menggerakkan mandibula
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
||||||||||||||||||
e.
Prilaku istirahat
|
|||||||||||||||||||||
-
Berdiri dengan satu kaki
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
||||||||||||||||
-
Kepala tergolek di leher
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
||||||||||||||||||
-
Tidur
|
Ö
|
Ö
|
|||||||||||||||||||
f.
Prilaku makan
|
|||||||||||||||||||||
-
Makan dari kandang
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
||||||||||||||
-
Makan dari pengunjung
|
|||||||||||||||||||||
SOSIAL
|
|||||||||||||||||||||
-
Argonistik
|
|||||||||||||||||||||
-
Hirarki dominasi
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|||||||||||||||||
-
Teritori
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|||||||||||||
-
Penyerangan
|
Ö
|
||||||||||||||||||||
-
Percumbuan
|
Tabel
data pengamatan aves Pukul : 07.00-15.00 WIB
Berdasarkan
tabel 4.1.1, pengamatan aves di mulai pada pukul 07.00-15.00 WIB diperoleh
data bahwa Pavo muticus pada menit ke-20 berprilaku menelisik bulu, menggaruk
kepala, menganga dan kepala tergolek di leher. Pavo muticus pada menit ke-40 berprilaku menelisik bulu, menggaruk
kepala, mengembangkan sayap dan mengangkat bagian
ekornya, mengangkat sayap, merentangkan sayap, dan
mengepak-ngepak sayap. Pavo muticus pada
menit ke-60 berprilaku menelisik bulu, menggaruk kepala, mengembangkan
bulu-bulu kepala, mengembangkan
bulu-bulu punggung, mengembangkan
sayap dan mengangkat bagian ekornya,
mengangkat sayap, merentangkan sayap dan berprilaku sosial hirarki dominasi dan
teritori. Pavo muticus pada menit
ke-80 berprilaku menelisik bulu, menggaruk kepala, mengembangkan
bulu-bulu bagian belakang tubuhnya,
menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap dan merentangkan sayap. Pavo muticus pada menit ke-100 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan
sayap dan mengangkat bagian ekornya,
menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap dan merentangkan sayap.
Pavo
muticus pada menit ke-120 berprilaku menelisik bulu, menggaruk kepala, mengembangkan
bulu-bulu leher, mengembangkan
bulu-bulu punggung, menggoyangkan
tubuh, mengangkat sayap dan merentangkan sayap, menganga,
kepala tergolek di leher, berprilaku sosial hirarki dominasi, teritori dan
melakukan penyerangan. Pavo muticus pada
menit ke-140 berprilaku menelisik bulu, menggoyangkan
tubuh, mengangkat sayap, menggerakkan
mandibula, berdiri
dengan satu kaki, kepal tergolek
dileher, berprilaku sosial hirarki dominasi dan teritori. Pavo muticus pada menit ke-160 berprilaku menelisik bulu,
menggoyangkan tubuh, menganga, berdiri
dengan satu kaki, berprilaku sosial hirarki dominasi dan teritori. Pavo muticus pada menit ke-180
berprilaku menelisik bulu, mengembangkan sayap dan
mengangkat bagian ekornya, menggoyangkan
tubuh, mengangkat sayap, berdiri dengan satu kaki, makan dari
kandang dan berprilaku teritori. Pavo
muticus pada menit ke-200 berprilaku menggoyangkan
tubuh, menggerakkan mandibula dan makan dari kandang. Pavo muticus pada menit ke-220 berprilaku mengembangkan
bulu-bulu bagian belakang tubuhnya,
menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap dan merentangkan sayap, mengepak-ngepak sayap, makan
dari kandang dan berprilaku sosial teritori. Pavo muticus pada menit ke-240 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan
bulu-bulu kepala, menggoyangkan
tubuh, mengangkat sayap dan merentangkan sayap, menganga,
makan dari kandang dan berprilaku sosial teritori. Pavo muticus pada menit ke-260 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan
bulu-bulu leher, mengangkat sayap,
merentangkan sayap dan makan dari kandang. Pavo
muticus pada menit ke-280 berprilaku menelisik bulu, menganga, berdiri
dengan satu kaki, tidur dan berprilaku sosial teritori. Pavo muticus pada menit ke-300 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan
bulu-bulu leher, mengembangkan
sayap dan mengangkat bagian ekornya,
menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap, merentangkan sayap, mengepak-ngepak sayap dan
menggerakkan mandibula. Pavo muticus pada
menit ke-320 berprilaku menelisik bulu, menggoyangkan
tubuh, mengangkat sayap dan menganga. Pavo muticus pada menit ke-340 berprilaku menelisik bulu dan
menganga. Pavo muticus pada menit
ke-360 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan
sayap dan mengangkat bagian ekornya,
mengangkat sayap, menganga, makan dari kandang. Pavo muticus pada menit ke-400 berprilaku menelisik bulu, menggaruk
kepala, mengembangkan bulu-bulu bagian belakang
tubuhnya, menggoyangkan tubuh, mengepak-ngepak sayap, berdiri
dengan satu kaki dan makan dari kandang. Pavo
muticus pada menit ke-420 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan
bulu-bulu kepala, mengembangkan
bulu-bulu punggung, merentangkan
sayap dan tidur.
Newton
(2008), menyatakan bahwa salah satu aspek yang paling menakjubkan dari migrasi
adalah bagaimana burung menemukan jalan jarak jauh. Banyak spesies yang mampu
bermigrasi antara persis pemuliaan yang sama dan musim dingin tempat dari tahun
ke tahun bahkan jika tempat ini terletak ribuan kilometer terpisah di benua
yang berbeda.
Mackinnon (1990), menyatakan bahwa prilaku
sosial burung berubah sesuai dengan relung tempat mencari makan di samping
tingkah laku berbiak dan kebiasaan umum lainnya. Biasanya burung hidup
berpasangan yaitu jantan dan betina yang mempertahankan teritorinya. Burung pipit lebih suka hidup dalam kelompok besar.
Beberapa jenis menganut poligami dimana beberapa ekor betina dilayani oleh
seekor jantan tetapi sang jantan tidak ikut mengasuh anaknya. Ada juga yang
hidup secara poliandri yaitu beberapa jantan mengawini satu betina, misalnya
pada Blekek Kembang.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini adalah :
a. Diperoleh jumlah spesies
burung yang berjumlah 1 jenis.
b. Jenis spesies burung
yang diamati yaitu Pavo
muticus.
c. Prilaku Pavo muticus yang sering dilakukan
adalah menelisik bulu, menggaruk kepala, mengembangkan bulu-bulu kepala, mengembangkan
bulu-bulu leher, mengembangkan bulu-bulu punggung, mengembangkan bulu-bulu
bagian belakang tubuhnya, mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya,
menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap, merentangkan sayap, mengepak-ngepak
sayap, menganga, menggerakkan mandibula, berdiri dengan satu kaki, kepala
tergolek di leher, tidur, makan dari kandang, hirarki dominasi, teritori dan
penyerangan.
5.2
Saran
Adapun
saran dari praktikum ini adalah :
a.
Sebaiknya praktikan selanjutnya
mampu memanfaatkan waktu dengan baik selama pengamatan berlangsung
b.
Sebaiknya praktikan selanjutnya
mampu mengidentifikasi jenis spesies burung yang diamati
c.
Sebaiknya praktikan selanjutnya
mampu mengamati prilaku spesies yang sedang diamati
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitchell, L. G. 2003. Biologi. Edisi
Kelima. Jilid Kedua. Penerbit Erlangga : Jakarta. Hal 73
Indrawan, M., Primack, R. B., dan Supriatna, J. 2007. Biologi Konservasi.
Edisi Revisi. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Hal 16, 18, 22, 125-126, 450 dan
453
Mackinnon, J. 1990. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan
Bali. Edisi Indonesia. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Hal 1, 4-5, 2, 22 dan
25
Mangunjaya, F. M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Edisi
Pertama. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Hal 82
Newton, I. 2008. The Migration
Ecology of Birds. First Edition. Elsevier Ltd : London. Pages 5 dan 139
Sudarmadji., Haryono, E., Adji, T. N., Widyastuti, M., Harini, R.,
Nurjani, E., Cahyadi, A., dan Nugraha, H.
2013. Ekologi Lingkungan Kawasan Karst Indonesia. Edisi Pertama. Penerbit
Deepublish : Yogyakarta. Hal 134
Sutherland, W. J., Newton, I., dan Green, R. E. 2004. Bird Ecology and Conservation. First
Edition. Oxford University Press : New York. Page 4
Ini blog mu Om?
BalasHapusiya, siapa ni?
Hapus