Header Ads

Breaking News
recent

Contoh Jurnal Biologi Tentang Pengamatan Perilaku Aves ( Burung ) di Kebun Binatang Pematang Siantar


Contoh Jurnal Biologi Tentang Pengamatan Perilaku Aves ( Burung ) di Kebun Binatang Pematang Siantar


BAB 1
PENDAHULUAN



1.1    Latar belakang
Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi. Mengenali dan mengklasifikasikan spesies adalah salah satu tujuan utama biologi konservasi. Diperlukan keahlian biologi tertentu untuk membedakan satu spesies dari spesies lainnya di bumi dimana banyak dari makhluk hidup itu berukuran kecil serta memiliki ciri-ciri khusus yang seringkali tidak mudah dibedakan. Mengidentifikasi proses ketika satu spesies berevolusi menjadi suatu spesies baru atau bahkan menjadi lebih dari satu spesies merupakan salah satu pencapaian utama dalam biologi modern. Spesies umumnya didefinisikan melalui satu atau dua cara. Pertama, spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia (defenisi spesies secara morfologis). Kedua, spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu-individu yang berpotensi untuk berbiak dengan sesama mereka di alam dan tidak mampu berbiak dengan individu-individu dengan spesies lain (defenisi secara biologis). Karena metode dan asumsi yang digunakan dalam definisi tersebut berbeda, kedua pendekatan untuk membedakan spesies tersebut kadang-kadang tidak memberikan hasil yang sama (Indrawan et al., 2007).
          Ketidakpedulian generasi muda dan berkembangnya paham modern menjadi salah satu permasalahan dalam keberlangsungan dan kelestarian spesies tersebut. Hal tersebut telah mengikis kearifan lokal bahkan beberapa telah berkembang ke arah kemusyrikan serta ketidakpedulian. Diperoleh 198 jenis burung. Sebagian besar adalah burung berkicau (Passeriformes) dan burung pantai. Burung raptor merupakan temuan yang menarik. Burung raptor dapat digunakan sebagai indikator lingkungan dan dengan ditemukannya jenis burung raptor di Karst Gunung Sewu merupakan bahwa ekosistemnya masih terjaga dengan baik. Terdapat tiga jenis raptor yang ditemukan di bagian selatan, di bagian utara dan di pesisir selatan (Sudarmadji et al., 2013).
1.2 Tujuan Praktikum
                 Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
a.     Mengetahui jumlah spesies burung yang ada di lokasi pengamatan
b.    Mengetahui jenis spesies apa saja yang dapat diamati
c.     Mengetahui perilaku yang dilakukan pada spesies yang diamati

1.3 Manfaat Praktikum
                 Adapun manfaat dari percobaan ini adalah :
a.    Diketahui jumlah spesies burung yang ada di lokasi pengamatan
b.    Diketahui jenis spesies apa saja yang dapat diamati
c.    Diketahui perilaku yang dilakukan pada spesies yang diamati


     
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Burung
Burung merupakan salah satu kelompok terbesar vertebrata yang banyak dikenal, diperkirakan ada sekitar 8.600 jenis yang tersebar di dunia. Burung berdarah panas seperti binatang menyusui tetapi sebenarnya burung lebih berkerabat dekat dengan reptil yang mulai berevolusi sekitar 135 juta tahun yang lalu. Semua jenis burung dianggap berasal dari sesuatu yang mirip dengan fosil burung yang pertama yaitu Archaeopteryx. Burung masa kini berbeda dengan reptil karena berkembangnya bulu yang mempengaruhi daya terbang. Reptil seperti Pterosaurus  sudah memiliki daya terbang yang kuat tetapi hanya mengandalkan bentuk sayapnya yang panjang dan berselaput. Pada mulanya sayap burung yang lebar hanya untuk melayang dan baru dipergunakan untuk terbang yang sebenarnya setelah bulu sayapnya berkembang semakin lebar, ringan dan bersusun rapat. Bulu merupakan rahasia keberhasilan burung tidak hanya karena memberikan daya terbang pada burung-burung yang pertama melainkan juga memberikan kehangatan dalam memelihara suhu badan. Modifikasi bulu burung masa kini ada yang berubah fungsi menjadi lapisan yang kedap air, sebagai alat perasa, berwarna cerah atau berburik-burik untuk memikat atau menyamar. Karena sayap dipergunakan untuk terbang, burung kehilangan fungsi tangan dan menjadi makhluk berkaki dua (Mackinnon, 1990).
            Banyak ahli taksonomi mengelompokkan kingdom ke dalam suatu kategori taksonomik yang lebih tinggi yaitu domain. Genus Geospiza menyatu dengan enam spesies dari genus Camarhynchus. Ordo Passeriformes dikelompokkan dengan banyak ordo lain dalam kelas Aves yaitu burung. Kelas Aves merupakan salah satu diantara beberapa kelas yang termasuk ke dalam filum Chordata dalam kingdom Animalia. Semua anggota famili burung finch yaitu Fringillidae juga termasuk ke dalam ordo Passeriformes dan kelas Aves namun tidak semua burung adalah burung finch (Campbell et al., 2003).
          Taksonomi modern, ilmu klasifikasi makhluk hidup, menciptakan sistem klasifikasi yang menggambarkan hubungan evolusi dari spesies. Dengan mengidentifikasi hubungan-hubungan ini, ahli taksonomi membantu ahli biologi konservasi mengidentifikasi spesies atau kelompok-kelompok yang evolusinya unik atau cukup layak dilakukan upaya konservasi. Dalam klasifikasi modern: spesies yang mirip dikelompokkan dalam satu genus Blackburnian warbler (Dendroica fusca) dan berbagai spesies Warbler (burung kecici) yang mirip dimasukkan dalam genus Dendroica. Genus (marga) yang mirip dikelompokkan ke dalam satu famili (suku): semua genus Wood Warbler (burung kecici hutan) masuk dalam famili Parulidae. Famili yang mirip dikelompokkan ke dalam satu ordo: semua famili burung berkicau masuk ke dalam ordo Passeriformes. Ordo yang mirip dikelompokkan ke dalam satu kelas (bangsa): semua ordo burung masuk kelas Aves. Kelas yang mirip dikelompokkan ke dalam satu filum Chordata. Filum yang mirip dikelompokkan ke dalam satu kingdom/kerajaan: semua kelas hewan masuk ke dalam kingdom Animalia (Indrawan et al., 2007).
           Tulang burung berevolusi menjadi berongga berisi udara dan lebih ringan; tulang punggungnya menjadi lebih pendek dan menyatu; paruhnya terbentuk dari zat tanduk yang ringan dan tidak bergigi dibandingkan dengan rahang bergigi dari tulang yang berat pada reptil, nenek moyang mereka. Bentuk tubuh burung telah terbukti sangat berhasil dalam penyebarannya di seluruh muka bumi. Mereka menempati setiap tipe habitat dari khatulistiwa sampai daerah kutub ada burung hutan, burung padang terbuka, burung gunung, burung air, ada burung yang menjelajahi samudera terbuka dan ada juga burung yang hidup dalam gua dan  dapat menemukan arah dalam kegelapan (Mackinnon, 1990).

2.2 Keanekaragaman Spesies Burung
Beragam jenis burung secara teratur bermigrasi melintasi pulau dan benua, terutama menghindari musim dingin. Benua asal burung migrasi adalah tempat mereka berkembang biak yang pada umumnya mengalami empat musim serta terletak pada iklim sejuk di lintang utara atau lintang selatan. Umumnya, burung akan bermigrasi menghindari musim dingin selama empat hingga enam bulan lamanya dan setelah itu baru kembali di musim panas di benua asal mereka untuk berbiak. Burung bermigrasi tidak akan tinggal selamanya di daerah tropika karena kompetisi makanan pun cukup ketat di daerah tropika. Di daerah tropika tidak cukup ekonomis bagi mereka untuk menetap dan berbiak  (Indrawan et al., 2007).
            Beragam populasi dan spesies burung dari berbagai suku melakukan migrasi. Termasuk diantaranya berbagai spesies burung pantai, pemangsa yang aktif siang hari, pemangsa yang aktif hanya di malam hari, trinil dan kerabatnya berbagai spesies burung pantai, mandar dan kerabatnya berbagai spesies burung air serta berbagai burung penyanyi (termasuk burung hutan). Beberapa burung yang melakukan peralanan lintas benua itu berukuran kecil, misalnya layang-layang asia dan sikatan gunung. Di daerah kawasan Wallacea jumlah spesies yang bermigrasi mendekati seratus jenis, sementara di daerah kawasan Sunda jumlahnya mungkin dua kali lipat jumlah di kawasan Wallacea. Indonesia menerima migrasi dari dua daerah sekaligus yaitu dari Utara dan Selatan. Dari Utara, migrasi dilakukan melalui jalur Paleartik atau Asia Timur. Paleartik artinya kurang lebih adalah belahan bumi utara, sehingga termasuk di dalamnya Benua Eropa, Afrika di Utara Sahara, lingkaran Artik/Alaska dan Asia Utara/Asia bermusim dingin di Utara Himalaya. Diperkirakan bahwa setiap tahun tidak kurang dari 12-15 juta burung melakukan migrasi melalui jalur Paleartik menuju Selatan. Burung dari Utara pada umumnya bermigrasi dan bertahan di daerah tropika (di Selatan) hanya antara bulan September sampai April. Kelompok ini seringkali memasuki Indonesia melalui Semenanjung Malaya serta Sumatera dan seringkali terus ke bagian Timur. Jalur lainnya dari Jepang, Taiwan lalu ke Filipina dan wilayah Indonesia. Mesikipun mendorong suatu populasi atau spesies memulai migrasi jarak jauh panjangnya siang hari, namun di daerah tropika panjang siang hari tidak bervariasi dari musim ke musim (Indrawan et al., 2007).
Pulau-pulau Sunda yaitu Kalimantan dan Jawa serta Semenanjung Malaya, dihuni 200 jenis burung yang penyebarannya tidak meluas ke daratan Asia dan juga tidak ke Wallacea yang berdekatan ini cukup untuk membedakan kawasan Sunda secara zoogeografi sebagai subregio fauna yang tersendiri. Kawasan Jawa adalah kawasan yang paling ujung subregio Sunda. Inilah yang paling terisolasi dari daratan Asia, luasnya juga lebih kecil daripada kawasan yang lain. Karena itu kekayaan jenis lebih kecil sedikit daripada Kalimantan atau Sumatera tetapi lebih berbeda dengan 24 jenis endemik yang terbatas disana dan lebih dari 170 anak jenis endemiknya yang dikenal. Bali dan kebanyakan bagian di sebelah timur Jawa dimasuki oleh beberapa jenis Nusa Tenggara (Mackinnon, 1990).
Menemukan semua spesies di suatu daerah tergantung dalam keterampilan dalam mengamati spesies burung. Pengamatan perlu dilakukan sampai ke tempat yang tepat untuk mengidentifikasi setiap jenis burung disana. Hanya sedikit orang yang dapat mengidentifikasi dengan benar melalui pandangan dan pendengaran atau suara yang tak dikenal sehingga hal tersebut dapat dilakukan sebagai keterampilan dalam melakukan pengidentifikasian keanekaragaman spesies dilokasi tempat. Di daerah yang asing, terutama di daerah tropis, ini mungkin memakan waktu beberapa hari (Sutherland et al., 2004).

2.3 Habitat Burung
Fragmentasi habitat memperbesar kerentanan terhadap serangan spesies asing dan spesies hama alami. Beberapa spesies burung dapat bertambah jumlahnya, terutama di sepanjang tepi hutan dan di fragmen-fragmen kecil. Mereka memperoleh makanan dari habitat yang terganggu maupun dari daerah yang tidak terganggu. Dengan demikian, mereka menurunkan kepadatan biji-bijian dan serangga. Para spesies pinggiran hutan ini juga dapat memakan telur dan anak-anak burung hutan sehingga mencegah keberhasilan reproduksi dari banyak spesies burung baik yang berada beberapa ratus meter dari tepi hutan terdekat maupun dari fragemen-fragmen habitat yang kecil. Gabungan dari fragmentasi habitat, peningkatan pemangsaan di sarang dan perusakan habitat burung hutan yang  bermigrasi di daerah tropika tampaknya menyebabkan penurunan drastis spesies burung migran di Amerika Utara seperti Dendroica cerulea. Spesies ini khusunya terdapat di bagian timur Amerika Serikat dan setiap tahun bermigrasi ke daerah tropika menghindari musim dingin. Selain efek lokal ini, individu spesies burung di Amerika Utara dan Eropa seringkali menurun dan meningkat pada skala regional sebagai akibat perubahan pola pengguanan lahan. Sebagai contoh, di bekas lahan pertanian yang tak diurus dan dibiarkan menjadi hutan kembali, spesies burung hutan dapat meningkat jumlahnya (Indrawan et al., 2007).
            Di daerah beriklim sedang terdapat perbedaan musim yang mencolok antara satu dengan yang lain, tetapi di daerah tropika variasi iklim jauh lebih sedikit dan suhu udaranya tinggi hampir sepanjang tahun. Sebagian besar burung penetap tidak menunjukkan reaksi terhadap perubahan musim dan beberapa jenis berkembang bia dalam bulan-bulan sepanjang tahun. Namun demikian kita dapat mengenali beberapa pola perkembangbiakan yang khas dan pola ini berhubungan dengan adanya perbedaan curah hujan. Cuaca musiman dapat jelas ditandai di daerah bagian timur dan utara pulau Jawa yang lebih kering. Sebaliknya daerah-daerah yang lebih basah di Jawa Barat memiliki curah hujan lebih dari 3.000 mm. Secara keseluruhan, musim berkembang biak di bagian timur Jawa adalah satu atau dua bulan lebih cepat daripada jenis-jenis yang ada di bagian barat, tetapi burung yang berbeda memiliki musim tersendiri yang mereka sukai. Oleh sebab itu burung-burung air di bagian timur Jawa cenderung untuk membuat sarangnya pada akhir musim hujan dimana permukaan air sedang mengalami pasang tertinggi (Mackinnon, 1990).
Beberapa burung melakukan perjalanan sampai keluar negeri, gurun, pegunungan tinggi atau medan bermusuhan lainnya. Fakta bahwa beberapa burung dapat melakukan perjalanan sepertinya tidak berarti bahwa semua bisa dilakukannya. Tergantung pada jenis burung itu sendiri, seperti ukuran dalam fisiologi dan juga disesuaikan pada habitatnya. Lautan yang tidak ramah bagi burung darat, benua untuk burung laut pelagis, negara terbuka untuk burung hutan dan gurun tandus untuk hampir semua burung. Pada beberapa rute darat, unggas air dan penyeberang mungkin mengalami beberapa situs di mana mereka dapat beristirahat dan makan. Kebanyakan burung terbang dapat bermigrasi di daerah  habitat kecil dimana mereka bisa menyeberang dalam beberapa kesulitan perjalanan yang membutuhkan waktu berjam-jam (Newton, 2008).

2.4 Peranan Burung
Ahli ekologi sepakat bahwa burung-burung bercakar dan pemakan daging merupakan top predator. Peran meraka sangat penting sebagai penjaga keseimbangan ekosistem. Burung-burung ini populasinya sangat sedikit. Hal ini disebabkan pembawaan biologis yang dimilikinya. Misalnya elang Jawa Spizaetus bartelsi adalah pemakan daging yang mempunyai pola reproduksi sangat lambat. Setiap musim hanya bertelur dua atau tiga butir saja. Jika populasi ini punah karena perburuan manusia dikonsumsi atau diperdagangkan maka populasi hama, misalnya tikus akan meningkat. Peningkatan populasi dapat terjadi jika predator seperti elang, burung hantu dan ular sudah tidak dijumpai lagi di pinggiran hutan. Dampaknya, banyak petani mengalami kerugian (Mangunjaya et al., 2005).


BAB  3
BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat
              Pengamatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Desember 2015 pada pukul 07.00-15.00 WIB dilokasi Kebun Binatang Biro Rektor Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Ekologi Umum, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2 Alat dan Bahan
              Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah camera digital, papan kerja dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah berbagai spesies aves yang ada dilokasi kebun binatang dan tabel data pengamatan aves.

3.3 Prosedur Percobaan
            Pada pengamatan ini disediakan camera digital. Ditentukan lokasi pengamatan yang akan dituju. Diamati perilaku spesies yang ada dilokasi. Dicatat perilaku spesies yang diamati setiap 20 menit sekali selama 8 jam dimulai dari pukul 07.00-15.00 WIB ditabel data pengamatan aves yang telah disediakan.



BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAAN


4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Pengamatan Aves Spesies Pavo muticus
No
Prilaku
Waktu
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300
320
340
360
400
420

INDIVIDU





















a. Prilaku perawatan diri





















-          Menelisik bulu
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö


Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö

-          Menggaruk kepala
Ö
Ö
Ö
Ö

Ö












Ö


b. Berjemur





















-          Mengembangkan bulu-bulu kepala


Ö








Ö







Ö

-          Mengembangkan bulu-bulu leher





Ö






Ö

Ö






-          Mengembangkan bulu-bulu punggung


Ö


Ö













Ö

-          Mengembangkan bulu-bulu bagian belakang tubuhnya



Ö






Ö







Ö


-          Mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya



Ö


Ö



Ö





Ö







Ö




Ö



c. Prilaku kenyaman tubuh





















-          Menggoyangkan tubuh



Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö


Ö
Ö


Ö


-          Mengangkat sayap

Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö

Ö

Ö
Ö
Ö

Ö
Ö

Ö



-          Merentangkan sayap

Ö
Ö
Ö
Ö
Ö




Ö
Ö


Ö

Ö


Ö

-          Mengepak-ngepak sayap

Ö








Ö



Ö



Ö


d. Prilaku peregangan





















-          Menganga
Ö




Ö

Ö



Ö

Ö

Ö

Ö



-          Menggerakkan mandibula






Ö


Ö




Ö






e. Prilaku istirahat





















-          Berdiri dengan satu kaki






Ö
Ö
Ö




Ö




Ö


-          Kepala tergolek di leher
Ö




Ö
Ö














-          Tidur













Ö





Ö

f. Prilaku makan





















-          Makan dari kandang








Ö
Ö
Ö
Ö
Ö




Ö
Ö


-          Makan dari pengunjung





















SOSIAL





















-          Argonistik





















-          Hirarki dominasi


Ö


Ö
Ö
Ö













-          Teritori


Ö


Ö
Ö
Ö
Ö

Ö
Ö

Ö







-          Penyerangan





Ö















-          Percumbuan




















Tabel data pengamatan aves                                                                                                                                                    Pukul : 07.00-15.00 WIB

Berdasarkan tabel 4.1.1, pengamatan aves di mulai pada pukul 07.00-15.00 WIB diperoleh data bahwa Pavo muticus pada menit ke-20 berprilaku menelisik bulu, menggaruk kepala, menganga dan kepala tergolek di leher. Pavo muticus pada menit ke-40 berprilaku menelisik bulu, menggaruk kepala, mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya, mengangkat sayap, merentangkan sayap, dan mengepak-ngepak sayap. Pavo muticus pada menit ke-60 berprilaku menelisik bulu, menggaruk kepala, mengembangkan bulu-bulu kepala, mengembangkan bulu-bulu punggung, mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya, mengangkat sayap, merentangkan sayap dan berprilaku sosial hirarki dominasi dan teritori. Pavo muticus pada menit ke-80 berprilaku menelisik bulu, menggaruk kepala, mengembangkan bulu-bulu bagian belakang tubuhnya, menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap dan merentangkan sayap. Pavo muticus pada menit ke-100 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya, menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap dan merentangkan sayap.
          Pavo muticus pada menit ke-120 berprilaku menelisik bulu, menggaruk kepala, mengembangkan bulu-bulu leher, mengembangkan bulu-bulu punggung, menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap dan merentangkan sayap, menganga, kepala tergolek di leher, berprilaku sosial hirarki dominasi, teritori dan melakukan penyerangan. Pavo muticus pada menit ke-140 berprilaku menelisik bulu, menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap, menggerakkan mandibula, berdiri dengan satu kaki, kepal tergolek dileher, berprilaku sosial hirarki dominasi dan teritori. Pavo muticus pada menit ke-160 berprilaku menelisik bulu, menggoyangkan tubuh, menganga,  berdiri dengan satu kaki, berprilaku sosial hirarki dominasi dan teritori. Pavo muticus pada menit ke-180 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya, menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap, berdiri dengan satu kaki, makan dari kandang dan berprilaku teritori. Pavo muticus pada menit ke-200 berprilaku menggoyangkan tubuh, menggerakkan mandibula dan makan dari kandang. Pavo muticus pada menit ke-220 berprilaku mengembangkan bulu-bulu bagian belakang tubuhnya, menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap dan merentangkan sayap, mengepak-ngepak sayap, makan dari kandang dan berprilaku sosial teritori. Pavo muticus pada menit ke-240 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan bulu-bulu kepala, menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap dan merentangkan sayap, menganga, makan dari kandang dan berprilaku sosial teritori. Pavo muticus pada menit ke-260 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan bulu-bulu leher, mengangkat sayap, merentangkan sayap dan makan dari kandang. Pavo muticus pada menit ke-280 berprilaku menelisik bulu, menganga, berdiri dengan satu kaki, tidur dan berprilaku sosial teritori. Pavo muticus pada menit ke-300 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan bulu-bulu leher, mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya, menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap, merentangkan sayap, mengepak-ngepak sayap dan menggerakkan mandibula. Pavo muticus pada menit ke-320 berprilaku menelisik bulu, menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap dan menganga. Pavo muticus pada menit ke-340 berprilaku menelisik bulu dan menganga. Pavo muticus pada menit ke-360 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya, mengangkat sayap, menganga, makan dari kandang. Pavo muticus pada menit ke-400 berprilaku menelisik bulu, menggaruk kepala, mengembangkan bulu-bulu bagian belakang tubuhnya, menggoyangkan tubuh, mengepak-ngepak sayap, berdiri dengan satu kaki dan makan dari kandang. Pavo muticus pada menit ke-420 berprilaku menelisik bulu, mengembangkan bulu-bulu kepala, mengembangkan bulu-bulu punggung, merentangkan sayap dan tidur.
          Newton (2008), menyatakan bahwa salah satu aspek yang paling menakjubkan dari migrasi adalah bagaimana burung menemukan jalan jarak jauh. Banyak spesies yang mampu bermigrasi antara persis pemuliaan yang sama dan musim dingin tempat dari tahun ke tahun bahkan jika tempat ini terletak ribuan kilometer terpisah di benua yang berbeda.
          Mackinnon (1990), menyatakan bahwa prilaku sosial burung berubah sesuai dengan relung tempat mencari makan di samping tingkah laku berbiak dan kebiasaan umum lainnya. Biasanya burung hidup berpasangan yaitu jantan dan betina yang mempertahankan teritorinya. Burung pipit lebih suka hidup dalam kelompok besar. Beberapa jenis menganut poligami dimana beberapa ekor betina dilayani oleh seekor jantan tetapi sang jantan tidak ikut mengasuh anaknya. Ada juga yang hidup secara poliandri yaitu beberapa jantan mengawini satu betina, misalnya pada Blekek Kembang.



BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
                 Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
a.    Diperoleh jumlah spesies burung yang berjumlah 1 jenis.
b.    Jenis spesies burung yang diamati yaitu Pavo muticus.
c.    Prilaku Pavo muticus yang sering dilakukan adalah menelisik bulu, menggaruk kepala, mengembangkan bulu-bulu kepala, mengembangkan bulu-bulu leher, mengembangkan bulu-bulu punggung, mengembangkan bulu-bulu bagian belakang tubuhnya, mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya, menggoyangkan tubuh, mengangkat sayap, merentangkan sayap, mengepak-ngepak sayap, menganga, menggerakkan mandibula, berdiri dengan satu kaki, kepala tergolek di leher, tidur, makan dari kandang, hirarki dominasi, teritori dan penyerangan.

5.2  Saran
                 Adapun saran dari praktikum ini adalah :
a.         Sebaiknya praktikan selanjutnya mampu memanfaatkan waktu dengan baik selama pengamatan berlangsung
b.        Sebaiknya praktikan selanjutnya mampu mengidentifikasi jenis spesies burung yang diamati
c.         Sebaiknya praktikan selanjutnya mampu mengamati prilaku spesies yang sedang diamati



DAFTAR PUSTAKA



Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitchell, L. G. 2003. Biologi. Edisi Kelima. Jilid Kedua. Penerbit Erlangga : Jakarta. Hal 73

Indrawan, M., Primack, R. B., dan Supriatna, J. 2007. Biologi Konservasi. Edisi Revisi. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Hal 16, 18, 22, 125-126, 450 dan 453

Mackinnon, J. 1990. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali. Edisi Indonesia. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Hal 1, 4-5, 2, 22 dan 25

Mangunjaya, F. M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Edisi Pertama. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Hal 82

Newton, I. 2008. The Migration Ecology of Birds. First Edition. Elsevier Ltd : London. Pages 5 dan 139

Sudarmadji., Haryono, E., Adji, T. N., Widyastuti, M., Harini, R., Nurjani, E., Cahyadi, A., dan Nugraha, H. 2013. Ekologi Lingkungan Kawasan Karst Indonesia. Edisi Pertama. Penerbit Deepublish : Yogyakarta. Hal 134

Sutherland, W. J., Newton, I., dan Green, R. E. 2004. Bird Ecology and Conservation. First Edition. Oxford University Press : New York. Page 4









                                             

                                                        

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.