Header Ads

Breaking News
recent

CONTOH JURNAL ISOLASI DNA GENOM TUMBUHAN PEPAYA (Carica papaya) DAN ELEKTROFORESIS DENGAN GEL AGAROSA

ISOLASI DNA GENOM TUMBUHAN PEPAYA (Carica papaya)
DAN ELEKTROFORESIS DENGAN GEL AGAROSA






BAB 1
PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang
             Perkembangan biologi molekuler yang pesat sejak akhir abad ke-20 ikut mendukung berkembangnya penelitian penelitian di bidang biologi termasuk biodiversitas dan sistematika tumbuhan. Penggunaan penanda molekuler misalnya. Penggunaan penanda molekuler memiliki beberapa keuntungan, yaitu hasil yang konsisten dan dapat dideteksi pada semua jenis jaringan dengan berbagai tahap perkembangan, serta tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Penelitian biodiversitas dan sistematika tumbuhan yang menggunakan analisis dengan penanda molekuler diawali dari ekstraksi DNA. Sampel untuk ekstraksi DNA tumbuhan dapat berasal dari berbagai sumber, seperti jaringan segar (Herrmann dan Hummel, 1994).
DNA menyimpan informasi penting tentang struktur hewan atau tumbuhan, dan membantu langsung organisme seperti tumbuh dan mengelola tugas-tugas sehari-hari. Kromosom berfungsi sebagai penyimpanan untuk bahan penting ini, secara berkala membagi bersama dengan sel dan mereplikasi untuk membuat salinan DNA yang dikandungnya. Kromosom juga sangat penting dalam reproduksi seksual, karena mereka  memungkinkan organisme untuk menyampaikan materi genetik pada keturunan. Dalam organisme dengan inti sel, yang dikenal sebagai eukariotik, kromosom ditemukan dalam nukleus. Sebagian besar organisme memiliki satu sel. Kromosom juga sangat penting dalam reproduksi seksual, karena mereka  memungkinkan organisme untuk menyampaikan materi genetik pada keturunan. Dalam organisme dengan inti sel, yang dikenal sebagai eukariotik, kromosom ditemukan dalam nukleus (Lini, 2008).
   Isolasi DNA genom adalah langkah pertama dalam kebanyakan percobaan biologi molekuler. Faktor yang menentukan kapan memilih metode ekstraksi adalah kuantitas, kualitas dan kemurnian DNA yang terisolasi. Teknik biologi molekuler membutuhkan DNA dari berbagai kemurnian dan kualitas. Saat ini, ada banyak metodologi dan isolasi untuk ekstraksi DNA genom dengan menggunakan properti yang optimal (Stefunoval et al., 2013).
1.2  Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah:
a.       Mengetahui tahapan dan prinsip isolasi DNA genom dari tumbuhan secara sederhana.
b.      Mengetahui cara membuat gel agarosa.
c.       Mendeteksi DNA pada gel agarosa.

1.3  Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah:
a.       Dapat mengetahui tahapan dan prinsip isolasi DNA genom dari tumbuhan secara sederhana.
b.      Dapat Mengetahui cara membuat gel agarosa.
c.       Dapat Mendeteksi DNA pada gel agarosa.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1       DNA
Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang, mengandung ribuan gen yang merupakan rantai pendek dari DNA yang membawa kode informasi tertentu dan spesifik untuk satu macam polipeptida yang harus disintesa oleh sel. Genom manusia merupakan susunan dari DNA pada semua kromosom dengan panjang total (haploid) sekitar 3 juta kb (3.000 Mb). Pada 46 buah kromosom, jumlah pasangan basa pada sekitar 6 x 109 pasangan basa DNA. Perkiraan terakhir jumlah gen pada manusia berdasarkan pada Human Genome Sequences yang dikeluarkan oleh Celera Genomics dan Human Genome Project (2001) adalah sekitar 26.000 - 40.000. Jumlah DNA bervariasi dari satu kromosom ke kromosom yang lain. Paling panjang adalah kromosom dengan jumlah sekitar 263 Mb dan paling pendek adalah kromsom no. 21 sekitar 50 Mb. Genom berpotensi mengalami mutasi yaitu perubahan pada kromosom, gen dan DNA. DNA merupakan sepasang rantai/untai panjang polinukliotida berbentuk spiral ganda (double helix) yang dihubungkan dengan ikatan hidrogen dan berdiameter sekitar 2 nm. Sebuah nukliotida tersusun dari molekul gula, basa dan gugus fosfat. Empat jenis basa nitrogen yang terikat pada molekul  gula dan saling berpasangan adalaha denin (A) dengan timin (T) melalaui ikatan ganda hidrogen, dan guanin (G) dengan sitosin (C) melalui ikatan tiga hidrogen. Dengan adanya ikatan antara dua untai polinukliotida ini, maka tiap untai DNA adalah komplementer dengan untai DNA lainnya (Alatas, 2006).
Sebagian besar organisme memiliki satu sel kromosom yang datang berpasangan. Pada sel struktural, setiap sel mempertahankan satu set lengkap kromosom, dalam apa yang dikenal sebagai bentuk diploid, mengacu pada fakta bahwa sel kromosom lengkap. Proses kehidupan merupakan suatu proses metabolisme yang berlangsung di dalam sel. Penentuan sifat organisme dilakukan oleh gen melalui pengendalian proses metabolisme dengan cara mengatur reaksi-reaksi kimia yang menyusun suatu lintasan metabolisme. Proses metabolisme merupakan rangkaian dari jutaan reaksi kimia (Lini, 2008).
2.3       Fungsi DNA
Analisis sitogenetika khusus sifat-sifat morfologi kromosom (bentuk dan ukuran) dapat menghasilkan informasi susunan kromosom (kariotipe). Informasi genetik ini berguna untuk pengembangan tanaman khususnya berkaitan dengan kegiatan pemuliaan tanaman baik penerapan secara langsung maupun tidak. Penggunaan informasi genetik  dalam pemuliaan tanaman secara tidak langsung yaitu berupa peningkatan pengetahuan susunan genetik suatu jenis tanaman dan secara langsung berupa penerapan teknik sitogenetika untuk perbaikan sifat tanaman. Terdapat tanaman yang memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan buah terdapat pada warna buah, ukuran, rasa yang manis segar. Informasi genetika tanaman belum banyak diketahui. Informasi genetika berkaitan erat dengan kromosom sebagai komponen pembawa sifat genetik. Informasi tenang sifat-sifat morfologi kromosom (bentuk dan ukuran) dan susunan kromosom (kariotipe) tanaman (Sarasmiyarti, 2008).
Fungsi DNA dalam intisel adalah untuk mengendalikan faktor-faktor keturunan (proses pewarisan) dan sintesa protein yang terkait dengan peranan penting nya dalam mengatur aktivitas sel. Sebagai pembawa informasi genetik, DNA berperan dalam penyimpanan, replikasi, rekombinasi dan penghantaran informasi penyimpanan, replikasi, rekombinasi dan penghantaran informasi genetik. Dalam setiap molekul DNA urutan nukleotida sudah baku karena urutan ini merupakan isyarat bagi normalnya informasi genetik. Urutan dari pasangan basa pada untai DNA mengandung informasi genetik dalam bentuk kode yang menyandi sejumlah besar protein yang ada dalam sel (Alatas, 2006).

2.4       Kerusakan DNA
Paparan radiasi dapat menimbulkan kerusakan baik pada tingkat molekuler, seluler ataupun jaringan/organ. Dosis radiasi harus mencapai tingkat ambang tertentu untuk dapat menimbulkan kerusakan akut, tetapi tidak sama halnya dengan kerusakan geneik atau induksi kanker. Secara teori, dosis radiasi sangat rendah sudah cukup untuk menimbulkan kerusakan, berarti bahwa tidak ada tingkat dosis yang berbahaya secara homogen. Bahkan pada dosis yang relatif lebih tinggi tidak setiap orang mengalami tingkat kerusakan yang karena adanya perbedaan tingkat kemampuan dan ketepatan mekanisme perbaikan terhadap kerusakan yang timbul akibat radiasi. Mutasi yang terjadi secara alamiah ataupun spontan pasa sel somatik dan germinal masing-masing memberikan kontribusi pada induksi kanker dan penyaki genetik  yang diwariskan (yaitu penyakit herediter). Kerusakan yang terjadi dapat diperbaiki tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali seperti semula dan tidak menimbulkan perubahan fungsi pada sel. Tetapi dalam kondisi tertentu, proses perbaikan tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga walaupun kerusakan dapat diperbaiki tetapi tidak tepat ataupun sempurna sehingga menghasilkan DNA dengan struktur yang berbeda, yang dikenal dengan mutasi. Sebuah mutasi genetik berpotensi untuk menimbulkan perubahan yang dapat diamati pada generasi berikutnya (Alatas, 2006).
            Pada dekade terakhir telah  dijumpai banyaknya penemuan tentang penggunaan radiasi khususnya sinar gamma, untuk evolusi varietas unggul tanaman pertanian dalam bidang ekonomi. Misalnya dalam usaha pemuliaan tanaman dengan induksi mutasi dengan mengguanakan iradiasi sinar gamma. Induksi iradiasi dengan sinar gamma memberikan pengaruh yang berbeda antara tanaman. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh tingkat radiosensitifitas masing-masing tanaman selain perbedaan tingkat radiosensitifitas, pengaruh iradiasi pada suatu jenis tanamn juga tergantung pada tingginya dosis iradiasi yang diberikan. Dosis iradiasi pada tanaman menyebabkan terganggunya kesimbangan hormon dan aktifitas enzim pada tanaman. Sinar gamma menyebabkan adanya bentuk-bentuk mutasi pada tanaman yang terlihat dan di kelompokkan pada tinggi tanaman, modifikasi atau abnormalitas daun, variasi cabang, mutasi pada bunga, polong dan biji, menyebabkan kelainan pada tahap-tahap pembelahan mitosis. Salah satu penyebab terjadinya perubahan fenotip adalah adanya kelainan pada saat pembelahan sel baik pada saat mitosis maupun meosis. Pada saat pembelahan sel kromosom sangat sensitif terhadap mutagen, sehingga akan mudah mengalami kerusakan, kromosom alan lebih sensitif pada tahap profase saat pembelahan mitosis  (Palupi, 2015).

2.4       Isolasi DNA
Isolasi DNA genomik berkualitas tinggi sering merupakan langkah awal untuk analisis genetika molekuler dan sangat penting untuk banyak aplikasi dalam penelitian molekuler. Kriteria untuk kualitas DNA adalah kemurnian, stabilitas dan integritas dan ukuran molekul. Kuantitas juga sering merupakan masalah penting, terutama untuk materi dengan sumber daya terbatas. Mungkin ada banyak protokol dan teknik isolasi DNA yang tersedia. Namun hanya beberapa protokol yang memenuhi kriteria yang disebutkan di atas, meskipun umumnya mereka bekerja berdasarkan prinsip yang sama. Kit isolasi DNA komersial umum sangat tersedia, mengubur DNA pada matriks afinitas. Kit ini mahal dan sulit untuk beradaptasi dengan berbagai jumlah bahan awal, tetapi memungkinkan standarisasi lengkap, keluaran tinggi dan otomatisasi. Protokol yang dijelaskan dalam bab ini memungkinkan isolasi DNA dengan kualitas dan kemurnian yang sangat tinggi dalam waktu yang wajar dan tanpa menggunakan bahan yang mahal atau langka. Protocol dapat dengan mudah diadaptasi untuk aplikasi berskala besar dan menghasilkan DNA berkualitas baik bahkan dengan sejumlah kecil bahan sampel dengan sedikit atau tanpa kontaminan protein (Doolan, 2002).
            Ada banyak kesulitan yang terkait dengan isolasi asam nukleat tanaman yang tidak terdegradasi yang bebas dari kontaminasi protein dan polisakarida. Metode ekstraksi yang berbeda diperlukan karena kelompok tanaman yang berbeda diperlukan karena kelompok tanaman yang berbeda mengandung beragam senyawa sekunder yang dapat mengganggu isolasi. Titik eksperimental utama yang paling banyak disetujui oleh referensi adalah kebanyakan sel tumbuhan memilki dinding sel yang sangat keras, oleh karena itu metode yang kuat diperlukan untuk menghancurkan sel-sel yang terbuka. Efisiensi dari kekuatan fisik yang diberikan pada jaringan sangat penting (Croy, 1993).
            Lapisan atas pada cairan di pindahkan ke mikrotube baru dan ditambahkan isopropanol dengan volume yang sama, aduan ini diinkubasi pada suhu kamar selama 10 menit dan kemudian disentrifuge pada 15000 rpm selama 10 menit. Pellet DNA yang dihasilkan balik dengan etanol 70% dan kemudian dikering.dikultur dan untuk memperoleh kualitas DNA template yang baik. Dalam amplifikasi dengan PCR diperlukan kualitas DNA template yang baik dan program yang sesuai. Sedangkan oleh karena bakteri CVPD masih belum bias dikultur tidak Memungkinkan untuk mengisolasi DNAnya saja, jadi dilakukan pendekatan dengan isolasi DNA total tanaman yang diinginkan untuk dideteksi (Julyasih, 2014).
2.5       Elektroforesis
Banyak pendekatan yang digunakan untuk mempelajari molekul-molekul DNA melibatkan elektroforesis gel (gel electrophoresis). Teknik ini menggunakan gel dari polimer, misalnya polisakarida. Gel bekerja sebagai penapis molekul untuk memisahkan asam nukleat atau protein berdasarkan ukuran, muatan listrik dan sifat-sifat lain. Karena mengandung muatan negatif pada gugus-gugus fosfatnya, molekul asam nukleat bergerak ke arah kutup positif dalam medan listrik. Saat bergerak kisi-kisi serat polimer menjadikan molekul panjang lebih sulit bergerakdari pada molekul pendek, sehingga molekul-molekul terpisah berdasarkan panjang. Dengan demikian, elektroforesis gel memisahkan campuran molekul DNA lurus menjadi pita-pita, yang masing-masing terdiri atas molekul-molekul DNA yang panjangnya sama. Satu lagi aplikasi yang bermanfaat dari teknik ini adalah analisis fragmen restriksi (restriction fragment analysis), yang dapat dengan cepat menyediakan informasi berguna tentang skuens DNA. Dalam tipe analisis ini, fragmen DNA yang dihasilkan melalui digesti molekul DNA oleh enzim restriksi (pemotong) dipilah-pilah dengan elektroforesis gel. Ketika campuran fragmen restriksi menjalani elektroforesis, campuran itu menghasilkan pola pita yang khas untuk molekul awal dan enzim restriksi yang digunakan (Campbell dkk, 2008).
Dalam urutan untuk mendapatkan jawabannya, perlu mengisolasi DNA fragmen-fragmen yang berisi serangkaian rangkaian yang pasti melalui hibridisasi berulang. Protokol hibridisasi preparatif juga akan memfasilitasi pemurnian urutan genomik yang ditentukan dan primer transkrip mRNA untuk studi modifikasi asam nukleat, dan untuk analisis protein tambahan. Satu keuntungan dari hibridisasi berulang dalam konteks ini adalah bahwa hal itu meningkatkan kekhususan keseluruhan pemurnian (Halpin and Harbury, 2004).
Dalam elektroforasi (electroporation), sengatan listrik sejenak yang diberikan pada larutan yang mengandung sel akan menciptakan lubang-lubang sementara pada membran plasma sel, yang dapat dilewati DNA saat memasuki sel. Elektoforesis gel digunakan untuk memisahkan asam nukleat atau protein yang memiliki bperbedaan ukuran, muatan listrik, atau sifat-sifat fisik yang lain. Molekul DNA dipisahkan oleh elektroforesis gel dalam analisis fragmen. Elektroforesis gel memisahkan molekul berdasarkan laju pergerakannya (Campbell dkk, 2008).



BAB 3
BAHAN DAN METODE


3.1.      Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 04 April 2018 pada pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai, dan dilanjutkan pada hari Jumat, 13 April 2018 pada pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Genetika dan Molekuler, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2.      Alat dan Bahan        
            Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini beaker glass, pisau, pengaduk, kertas saring, plastik klep, spatula, gelas ukur, petridish, mortal, pistil, dan alat sentrifuges, Hot Plate atau alat pemanas, alat waterbath, alat elektroforesis, Erlenmeyer, mikropipet dan tipnya, gel doc (1 set). Sedangkan bahan yang digunakan adalah Detergen bubuk, Detergen cair, akuades, garam dapur, etanol absolut, alkohol 70 %, TAE (Tris Acetat EDTA) IX, DNA marker misalnya 1 kb Ladder Agarose 0,8%, kertas parafilm, larutan Etidium Bromid (etBr), sterofoam, loading dye, ddH2O, Fragraria vesca, Manilkara zapota, Hylocereus polyrhyzus, Actinida deliosa, Vitis vinivera, Ananas squamosa, Anona muricata, Dimocarpus longan, Citrulus vulgaris, Carica papaya.

3.3.      Prosedur Percobaan
3.3.1.   Isolasi DNA Genom Tumbuhan
 Dilarutkan sebanyak 4 spatula garam dapur dalam 100 ml aquadest dalam beaker glass, Dimasukkan detergent sebanyak 5 gr. Dihomogenkan, jangan sampai berbusa. Ditimbang 100 gr buah, tambah 20 ml aquadest ke buah dan dihancurkan. Diambil 10 ml sampel dan ditambahkan 20 ml larutan ekstraksi. Dipanaskan selama 10 menit dengan suhu 650 C pada waterbath. Disaring, diambil 5 ml sampel dan dimasukkan ke dalam petridis. Ditambahkan  1 ml isoamil alkohol. Ditambahkan 5 ml etanol dingin secara perlahan tanpa terputus. Diamati perubahannya, dimasukkan benang-benang ke dalam mikrotube. Diamkan selama 12 jam atau semalaman. Disentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit. Kemudian dibuang supernatan. Ditambah alkohol 70%. Disentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit. Dibuang supernatan. Kering anginkan, dan ditambah ddH2O, kemudian dilarutkan.

3.3.2.   Uji Kualitatif dan Kuantitatif DNA
            Pengujian kualitatif dan kuantitatif DNA total diakukan dengan elektroforesis pada gel agarose dengan konsentrasi 1 % dan nanofotometer (IMPLEN P-360 Nanofotometer P-Class) dengan panjang gelombang 260 nm kemudian DNA dihitung kemurnianya dengan perbandngan absorbansi 260/280.

3.3.2.1 Elektroforesis pada Gel Agarosa
            Dibuat gel agarosa 1% dengan cara menimbang agarosa 1 gr. Dan dilarutkan dalam buffer TAE 1x dengan volume 20 ml. Didihkan larutan agarosa hingga bening. Disiapkan baki gel agarosa dan dipasang sisir elektroforesis di salah satu ujung baki gel agarosa. Dihomogenkan larutan kemudian dituang ke dalam baki gel agarosa dan dibiarka hingga memadat. Diambil sisir dengan hati-hati. Dimasukkan baki yang telah berisi gel agarosa ke dalam tangkai elektroforesis yang telah diisi dengan larutan TBA hinnga gel terendam. Disiapkan sekitar 5 cm kertas paraflim. Dimasukkan 10 µl sampel DNA dan 2 µl loading dye ke dalam sumur gel dengan cara mencapurkan kedua bahan tersebut terlebih dhulu secara merata pada kertas paraflim menggunakan mikropipet. Dibuat catatan nomor sumuran dan jenis sampel DNA yang dimasukkan. Direndam gel agarosa yang telah diisi DNA dalam larutan Etidium bromide selama 1 menit. Hubungkan kabel dari sumber arus ke tangkai elektroforesis. Diatur voltase dan waktu running hingga angka 80 volt selama 40 menit dengan cara menekan tombol run pada sumber arus. Elektroforesis akan berhenti apabila waktu yang ditetapkan sudah habis. Direndam di dalam etidium bromid selaqm 10 menit. Diletakkan gel di atas UV transminator dan nyalakan UV-nya. Diamati pita-pita DNA yang tervisualisasi.


3.3.2.2. Nanofotometer
            DNA total yang telah diperoleh diuji dengan menggunakan nanofotometer untuk melihat konsentrasasi dan kemurnian DNA sampel. Kalibrasi nanofotometer dilakukan terlebih dahulu untuk setiap pengukuran DNA sampel. Sebanyak 2 µl aquades diteteskan diatas kuvet nanofotometer. lid diletakkan diatas kuvet dan ditekan tombol blank untuk kalibrasi. Sebanyak 1 µl DNA sampel diteteskan diatas kuvet nanofotometer, lid diletakkan diatas kuvet dan ditekan tombol sampel. Konsentrasi DNA  diukur pada panjang gelombang 260 nm dan kemurnian DNA sampel diukur dengan membagi nilai absorbansi pada panjang gelombang 260 nm dengn 280 nm. nilai kisaran kemurnian DNA  adalah 1,8 -2,0 pita ganda DNA dapat menyerap cahaya pada 260 nm. Sedangkan kontaminan protein atau fenol akan menyerap cahaya pada 280 nm.



BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Tabel Hasil Isolasi DNA Genom Pada Tumbuhan
No
Nama Buah
Ulangan
Perlakuan Detergen
Hasil Pengamatan
Warna
Bentuk
Waktu
1
Fragaria vesca (Strawberry)
1
Bubuk
Ungu Kehitaman
Lendir
1 menit
2
Ungu Kehitaman
Lendir
1 menit
2
Manilkara zapota
(Sawo)
1
Bubuk
Kuning Cerah
Lendir
12 detik
2
Kuning Cerah
Lendir
12 detik
3
Hylocereus polyrhzus
(Buah Naga)
1
Bubuk
Coklat Kehitaman
Lendir
53 detik
2
Coklat Kehitaman
Lendir
54 detik
4
Actinidia delliciosa
(Buah Kiwi)
1
Bubuk
Kuning Pucat
Berlendir Bulat
8 menit
2
Kuning
Berlendir Menyatu
11 menit
5
Vitis vinifera (Anggur)
1
Bubuk
Hijau Kehitaman
Benang Halus
1 menit
2
Hijau Kehitaman
Benang Halus
30 detik
6
Ananas comosus (Nenas)
1
Cair
Putih
Lendir
9 detik
2
Putih
Lendir
1 menit 9 detik
7
Annona muricata (Sirsak)
1
Cair
Putih
Butiran Pasir
28 detik
2
Putih
Butiran Pasir
19 detik
8
Dimocarpus longan (kelengkeng)
1
Cair
Bening
Cair
6 detik
2
Bening
Cair
4 detik
9
Citrullus vulgaris (semangka)
1
Cair
Kekuningan
Lendir
10 detik
2
Kekuningan
Lendir
10 detik
10
Carica papaya (pepaya)
1
Cair
Benang
Bening
1 menit 3 detik
2
Benang
Bening
3 menit 8 detik

Dari Tabel 4.1 didapatkan data dari proses isolasi DNA genom tumbuhan yang dilakukan dari beberapa sampel yang diberi perlakuan detergen bubuk dan cair terdapat beberapa perubahan baik dari warna, bentuk, dan waktu terjadinya  pembentukan yang diduga mengandung DNA. Perlakuan yang berbeda yang diberikan pada setiap sampel memiliki pengaruh interval waktu untuk membentuk struktur yang diduga DNA seperti terlihat adanya  benang benang halus, gumpalan, dan lendir. Dari semua sampel yang diisolasi  benang-benang halus yang diduga DNA, terbentuk pada interval waktu 0-11 menit dalam waktu tercepat pada perlakuan Dimocarpus longan, sementara waktu paling lama untuk membentuk struktur DNA terdapat pada perlakuan Actinidia delliciosa. Bagian yang diduga DNA seperti benang benang  halus, gumpalan, dan lendir inilah yang selanjutnya akan digunakan pada uji kualitatif DNA dengan menggunakan elektroforesis.
Menurut Pandey and Tamta (2015), isolasi DNA genomik massa-massa-tinggi murni sangat penting untuk banyak aplikasi biologi molekuler. Ada sejumlah protokol yang tersedia untuk ekstraksi DNA dari bahan tanaman, tetapi sering sulit di banyak tanaman karena adanya metabolit yang mengganggu prosedur isolasi DNA dan aplikasi berikutnya. Ekstraksi DNA umumnya terhalang oleh polifenol dan produk oksidasi quinone yang terkandung didalamnya dan oleh polimer karbohidrat, isolasi DNA menggunakan kompleks CTAB memberikan produk kemurnian yang tidak memadai. Untuk studi molekuler isolasi DNA berkualitas baik adalah prasyarat. Namun karena kandungan fenolik yang tinggi, tanin dan polisakarida dalam jaringan daun Quercus, sangat sulit untuk mengisolasi DNA kualitas baik bebas dari fenol, lignin dan pigmen dengan metode konvensional. Metabolit ini tidak dapat dihilangkan selama isolasi DNA.
Menurut Lee et al., (2011), elektroforesis gel terdiri dari banyak molekul yang terbagi menjadi banyak fragmen oleh aksi spesifik enzim. Fragmen ini tersebar di media polyacrylamide atau agarose gel yang merupakan medan listrik diterapkan. Fragmen ini tersebar di media polyacrylamide atau agarose gel yang merupakan medan listrik diterapkan. Setiap fragmen memiliki muatan listrik yang berbeda dan berat molekul, menyebabkan mereka menempati tingkat yang berbeda melalui gel. Setelah jangka waktu tertentu, proses terganggu dan gel bernoda sehingga menjadi mungkin untuk mengamati di mana molekul berhenti. Setiap garis dalam pola disebut band. Sekumpulan dari Band yang dihasilkan oleh satu sampel disebut lane. Dalam menganalisis DNA suatu sampel dapat ditemukan pola genetik serupa, yang dapat memberikan dukungan kepada pencantuman individu. Sekumpulan dari Band yang dihasilkan oleh satu sampel disebut lane. Dalam menganalisis DNA suatu sampel dapat ditemukan pola genetik serupa, yang dapat memberikan dukungan kepada pencantuman individu.
4.2 Uji Kulitatif Dan Kuantitatif DNA
4.2.1 Uji Kualitatif DNA Elektroforesis
Text Box: 20Text Box: 19Text Box: 18Text Box: 17Text Box: 16Text Box: 15Text Box: 11Text Box: 12Text Box: 13Text Box: 14Text Box: 10Text Box: 9Text Box: 8Text Box: 7Text Box: 6Text Box: 5Text Box: 4Text Box: 3Text Box: 2Text Box: 1Text Box: M
Keterangan :
M      :Marker                                                                        11           :Ananas comosus U1
1       :Fragaria vesca U1                                                                              12           :Ananas comosus U2          
2       :Fragaria vesca U2                                                    13           :Annona muricata U1
3       :Manilkara zapota U1                                                                       14           :Annona muricata U2         
4       :Manilkara zapota U2                                               15           :Dimocarpus longan U1
5       :Hylocereus polirhyzus U1                                       16           :Dimocarpus longan U2    
6       :Hylocereus polyrhyzus U2                                       17           :Citrullus vulgaris U1
7       :Actinidia delliciosa U1                                            18           :Citrullus vulgaris U2        
8       :Actinidia delliciosa U2                                            19           :Carica papaya U1
9       :Vitis vinifera U1                                                        20           :Carica papaya U2             
10     :Vitis vinifera U2
                                                         
            Dari Tabel 4.2.1 dapat dilihat bahwa data dari hasil elektroforesis setiap pita-pita DNA tersebut memperlihatkan beberapa dari sampel terlihat pita-pita DNA yang jelas pada sumur baik pada perlakuan detergen cair maupun detergen bubuk. Uji Kualitatif DNA dengan  elektroforesis dari setiap sampel yang telah berhasil diisolasi menunjukkan adanya beberapa pita DNA jelas/tebal dan pita DNA yang tipis. Akan tetapi pada sebagian sumur tidak terlihat adanya pita DNA jika divisualisasikan diatas sinar UV.
                       Menurut Campbell dkk (2008), setiap sampel campuran molekul-molukul DNA, ditempatkan dalam sumur terpisah di dekat salah satu ujung petak gel yang tipis. Gel ini dipasang dalam penyokong plastik kecil dan direndam dalam larutan berbasis air dalam baki dengan elektroda pada kedua ujungnya. Ketika arus dinyalakan, molekul DNA yanbg bermuatan negatif bergerak ke arah elektroda positif, dengan molekul yang lebih pendek bergerak lebih cepat dari pada molekul panjang. Pita yang ditunjukkan disini berwarna biru, namun pada gel sungguhan, pita itu belum terlihat saat ini. Setelah arus dimatikan,pewarna yang mengikat DNA ditambahkan. Pewarna ini berpendar merah muda dalam sinar ultra violet meengungkapkan pita-pita terpisah yang berikatan dengan pewarna tersebut. Pada gel di pita merah mua berkesesuaian dengan fragmen-fragmen DNA yang panjangnya berbeda yang dipisahkan oleh elektroforesis. Analisis  fragmen juga berguna unuk membandingkan dua molekul DNA yang berbeda misalnya, dua alel dari sebuah gen. Situs itu akan menghasilkan campuran yang berbeda berupa fragmen-fragmen dari masing-masing. Setiap campuran akan menghasilkan pola pita sendiri dalam elektroforesis gel.
Menurut Fuad et al., (2016), secara umum sampel makromolekul dielektroforesis melalui beberapa jenis media. Media bertindak sebagai saringan molekuler untuk membantu dalam pemisahan molekul berdasarkan ukuran. Jenis media pendukung yang digunakan tergantung pada jenis molekul yang akan dipisahkan dan pemisahan berdasarkan muatan, berat molekul atau keduanya. Bahan yang biasa digunakan untuk pemisahan asam nukleat dan protein yaitu agarosa dan akrilamida. Larutan buffer sebagai elektrolit dalam elektroforesis gel sangat mempengaruhi hasil migrasi molekul pada sampel. Larutan elektrolit yang digunakan adalah buffer fosfat, komposisi buffer fosfat yang digunakan antara lain : NaOH + H3PO4; KOH + H3PO4; dan NaH2PO4.H2O + Na2HPO4. Ketika komposisi buffer terdapat basa kuat yaitu : NaOH + H3PO4; KOH + H3PO4, suhu pada sistem sangat tinggi, sehingga menyebabkan media agar pada elektroforesis gel rusak. Larutan buffer sebagai elektrolit pada elektroforesis gel mempengaruhi migrasi molekul zat warna remazol. Larutan bufer berperan sebagai media pendukung yang dapat mempengaruhi kecepatan gerak senyawa karena ion pembawanya bermuatan. Kekuatan ion yang tinggi dalam bufer akan meningkatkan panas sehingga aliran listrik menjadi maksimal, dan dapat mempercepat gerakan molekul pada sampel. Konduktivitas larutan buffer sangat mempengaruhi hasil elektroforesis. Konduktivitas larutan merupakan kemampuan suatu larutan dalam menghantarkan arus listrik. Pada larutan kemampuan ini dilakukan oleh kation dan anion. Konduktivitas larutan bergantung pada jumlah ion yang ada di dalam larutan.
4.2.2 Uji Kuantitatif DNA Nanofotometer
No.
Nama Buah
(Bahasa Latin)
kemurnian
Konsentrasi
U1
U2
U1
U2
1
Fragaria vesca
1,338
1,463
4,950
7,250
2
Manilkara zapota
2,150
1,462
4,300
9,200
3
Hylocereus polyrhizus
1,230
2,582
0,800
7,100
4
Actinidia delliciosa
1,529
0,750
12,09
0,150
5
Vitis vinifera
1,602
1,609
7,050
7,000
6
Ananas comosus
1,313
1,182
19,80
0,650
7
Annona muricata
1,714
1,348
1,800
1,550
8
Dimocarpus longan
1,850
1,648
2,46
7,300
9
Citrullus vulgaris
1,660
1,674
1,512
33,4
10
Carica papaya
1,531
1,386
9,950
3,950

Dari Tabel 4.2.2 di atas didapatkan nilai dari hasil kemurnian dan konsentrasi masing masing sampel pada uji kuantitatif DNA nanofotometer kemurnian tertinggi yakni pada sampel Hylocereus polyrhizus pada ulangan 1 yakni 2,582  dengan konsentrasi 7,100 .Sedangkan kemurnian terendah pada sampel Actinida deliciosa dengan konsentrasi 0,750. Secara teoritis sampel DNA yang dianggap murni memiliki perbandingan A260/A280 = 1,8-2,0. Tingkat kemurnian terendah dimungkinkan terdapat kontaminasi fenol.
Menurut Iqbal (2016), menyatakan bahwa kuantitas DNA yang telah diisolasi dapat diuji secara kuantitatif dengan spektofotometer. Prinsip pengukuran jumlah DNA menggunakan spektofotometer didasarkan bahwa radiasi sinar ultra violet (UV) diserap oleh nukleotida dan protein dalam larutan. Penyerapan iradiasi sinar UV secara maksimal oleh secara maksimal oleh DNA dicapai pada panjang gelombang 260 nm, sedangkan penyerapan maksimal oleh protein dicapai pada panjang gelombang 280 nm hal ini menunjukkan konsentrasi dan kemurnian isolasi DNA genom sampel uji.
Menurut Himesh (2011), menyatakan bahwa sampel DNA yang tervisualisasikan sebagai pita yang terang dan memiliki konsentrasi dan tingkat kemurnian tinggi. Pita DNA yang ringan dan terang tersebut pada penelitian ini juga memiliki konsentrasi dan tingkat kemurnian yang tinggi. Pita DNA yang ringan dan terang tersebut pada penelitian ini juga memiliki konsentrasi dan tingkat kemurnian yang tinggi. 2 pita DNA di bawah pita yang terang dan terang pita DNA tersebut. Dua pita ini terbentuk karena DNA hasil isolasi setelah fragmentasi. Fragmentasi dapat terjadi selama proses ekstraksi, DNA terpotong-potong menyebabkan terbentuknya beberapa pita DNA kompilasi dielektroforesis.



BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1      Kesimpulan
    Kesimpulan daripraktikum ini adalah :
a.                 Tahapan dalam isolasi DNA yaitu perlakuan untuk membuka sel dan melepaskan DNA kemudian metode untuk menghilangkan atau menonaktifkan enzim yang dapat mendegradasi DNA serta perlakuan yang dapat memisahkan DNA dari molekul kontaminan yang lain. Prinsip isolasi DNA yaitu penghancuran atau pemecahan secara fisik dengan penggerusan, pemecahan dinding sel, dan pemisahan DNA dari bahan yang lain.
b.              Cara membuat gel agarosa adalah dibuat gel agarosa 1% dengan cara menimbang agarosa 1 gr. Dilarutkan dalam buffer TAE 1x dengan volume 100 ml. Didihkan larutan agarosa hingga bening. Disiapkan baki gel agarosa dan dipasang sisir elektroforesis disalah satu ujung baki gel agarosa. Dihomogenkan larutan kemudian dituang kedalam baki gel agarosa dan dibiarkan hingga memadat.
c.               Cara mendeteksi DNA pada gel agarosa adalah dengan elektroforesis gel agarosa. Elektroforesis gel agarosa adalah metode pemisahan molekul DNA dan RNA menurut muatan, ukuran dan bentuk. Teknik ini sederhana, cepat terbentuk dan mampu memisahkan campuran potongan DNA sesuai dengan ukurannya secara akurat dibandingkan dengan densitas gradient sentrifugasi.

5.2. Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah:
a.      Sebaiknya praktikan lebih baik dan bersih dalam melakukan proses penghalusan ekstrak sampel.
b.      Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati saat meletakkan ekstrak sampel di dalam sumur elektroforesis.
c.       Sebaiknya praktikan lebih baik lagi dalam pengambilan reagen dan penimbangan sampel buah.



DAFTAR PUSTAKA


Alatas Z, 2006. Efek Pewarisan Akibat Radiasi Pengion. Jurnal Iptek Ilmiah Populer. 8(2):65-74.
Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, Jackson RB. 2008. BIOLOGI Edisi Kedelapan Jilid Satu. Erlangga. Jakarta. Page: 436-439.
Croy RRD, 1993. Plant Moleculer Biology. Academic Press. USA. Page: 21. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi. 7(1):51-58.
Doolan DL, 2002. Malaria Methods and Protocols. Humana Press. USA. Page: 159.
Fuad ARM, Ulfin I, Kurniawan F, 2016. Penggunaan Agar-agar Komersial sebagai Media Gel Elektroforesis Pada Zat Warna Remazol: Pengaruh Komposisi Buffer, pH Buffer dan Konsentrasi Media. Jurnal Sains dan Seni Its. 52: 130-133.
Halpin DR and Harbury PB, 2004.DNA Display I. Sequence-Encoded Routing of DNA Populations.PLoS Biology. 72: 1015-1021.

Herrmann B and Hummel S, 1994.Ancient DNA: Recovery and Analysis of Genetic Material from Paleontological. New York: Spinger-Verlag. Page 67.

Himesh S, Singhai AK, Priyanka S, Sarvest S, Kumar V,2011. Spectrophotometric Method For Quantitaive Estimation Of DNA Isolated. Internasionali research journal of pharmasi. 2(12):169171
Julyasih SM, 2004. Deteksi patogen penyebab penyakit CVPD. Jurnal pertanian mapeta. 7(1):7-11
Igbal M, 2016. Analisis perbandingan metode isolasi DNA. Jurnal perikanan kelautan. 7(1):54-65
Jiann-Der Lee JD,  Huang CH, Wang1 NW, Lu CS, 2011. Automatic DNA  sequencing for electrophoresis gels using image processing algorithms. J. Biomedical Science and Engineering. 41: 523-528.
Lini S, 2008. Kelainan Jumlah Kromosom 21 Pada Ibu Hamil Terhadap Janin Yang ada di Kandungannya. Jurnal Kesehatan. ­(1)1: 18-25.
Palupi N, 2015. Proses Mitosisi Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.) Pasca Iradiasi Sinar Gamma. Skripsi Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga. Hal:15-22.
Pandey A and Tamta S, 2015.High-molecular-weight DNA extraction from six Quercus species of Kumaun Himalaya, India.International Journal of Advanced Research (2015), Volume 3, Issue 7, 30-34.
Sarasmiyarti A, 2008. Analisis Sittogenetika Tanaman Manggis (Garsinia mangostana L.) Jogorogo. Sripsi Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Hal:1-25.
Stefunova1 v, Lancíkova, Bežo M, 2013. The effect of DNA isolation and its applicability in the the PCR analysis of Lettuce (Lactuca sativa L.). Acta fytotechn. 41: 99–102.



1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.