CONTOH JURNAL INVENTARISASI PIPERACEAE (sirih-sirihan) DI KAWASAN HUTAN TAMAN EDEN 100
PENDAHULUAN
1.1
Latarbelakang
Hutan merupakan tempat penyimpanan
dan pengemisi karbon. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomassa
yang terdapat dalam hutan berbentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dan sampah
hutan (serasah), hewan, dan jasad renik. Biomassa ini merupakan tempat
penyimpanan karbon dan disebut rosot karbon (carbon sink).Kerusakan hutan di Indonesia sudah mencapai kurang
lebih 50% (59,62 juta ha) dan ini terus bertambah 2,8 juta ha/tahun. Secara
signifikan mengurangi sumber karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan
terlepas ke dalam atmosfer dan kemampuan bumi untuk menyerap CO2 dari udara
melalui fotosintesis hutan berkurang. Selain akibat tersebut, intensitas Efek
Rumah Kaca (ERK) akan ikut naik dan meyebabkan naiknya suhu permukaan bumi. Hal
inilah yang memicu tuduhan bahwa kerusakan hutan tropik telah menyebabkan pemanasan
global (Yamani,
2013).
Hutan alam hujan
tropik dataran rendah tanah kering merupakan hutan alam dengan karakteristik
tegakan yang khas, yaitu memiliki keragaman jenis pohon yang tinggi, tingkat
perkembangan pohon yang beragam, dan keragaman dimensi pohon yang
tinggi.Sebagian besar areal hutan alam saat ini merupakan areal hutan bekas tebangan
atau hutan terdegradasi lainnya.Kondisi struktur tegakan hutan bekas tebangan
diduga berbeda dengan kondisi struktur tegakan di hutan primer.Informasi
tentang struktur tegakan ini dipandang penting karena struktur tegakan dapat
menunjukkan potensi tegakan (Muhdin et
al., 2008).
Piperaceae
adalah salah satu keluarga tanaman yang paling beragam di Indonesia, Neotropika
dan termasuk Piper, yang tergolong di antara lima spesies yang paling kaya di
hutan hujan tropis. Piper memiliki distribusi pantropis dengan hampir 2000
spesies yang telah teridentifikasi yang ditemukan di Neotropika hutan dataran
rendah terutama di daerah basah Andes.Tanaman dalam genus ini menunjukkan
beragam bentuk, termasuktanaman merambat, semak belukar dan pohon-pohon kecil
dan terjadi secara luas berbagai habitat, di daerah yang sangat terganggu dan paling
sering di habitat lembab (Connahs et al.,2009).
1.2
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman
jenis Piperaceae di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Desa Sionggang Utara Kecamatan
Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.
1.3 ManfaatPraktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui keanekaragaman
jenis Piperaceae di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Desa Sionggang Utara Kecamatan
Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.
|
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian
Hutan
Hutan merupakan
kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat besertatumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga
yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi
ini.Dari sudut pandang orangekonomis, hutan merupakan tempat menanam modal
jangka panjang yangsangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan
(HPH).Sedangkan bagi para ilmuan, hutan menjadi sangat bervariasi sesuai denganspesilikasi
ilmu.Ahli silvikultur mempunyai pandangan berbeda dengan ahlimanajeman hutan
atau ahli ekologi atau ahli-ahli ilmu lainnya.Menurut ahlisilvika, hutan
merupakan suatu assosiasi dan tumbuh-tumbuhan yang sebagianbesar terdiri atas
pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati arealluas.Sedangkan ahli
ekologi mengartikan hutan sebagai suatu masyarakattumbuh-tumbuhan yang dikuasai
oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaanIingkungan berbeda dengan keadaun di luar
hutan.Pada dasarnya, semua variasi tersebut akan mempunyai suatu kesamaanpersepsi
apebila ditarik suatu kesimpulan, yakni suatu assosasi kehidupan, baik
tumbuh-tumbuhan (flora) maupun binatang (fauna) dan yang sederhanasampai yang
bertingkat tinggi dan dengan luas sedemikian rupa serta mempunyaikerapatan
tertentu dan menutupi areal, sehingga dapat membentuk iklim mikrotertentu.
Assosiasi adalah suatu komunitas tumbuhan yang mempunyai komposisi tumbuhan berbunga
di dalam suatu formasi (Arief, 2001).
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan
(UU No.41 Tahun 1999).Suatu area dengan luas 0.05 – 1 hektar dengan tutupan
kanopi minimum 10%-30%, dan tinggi minimum 2-5 meter.Hutan menurut FAO adalah
area seluas minimum 0,5 ha, dengan tutupan kanopi minimum 10% (kepadatan kanopi
ditentukan dengan mengestimasi bidang tanah yang dinaungi oleh mahkota pohon)
dan tinggi pohon minimum 5 meter. Dengan kemampuan hutan dalam menyerap dan
menyimpan karbon maka hutan memiliki peran penting dalam hal perubahan
iklim.Pemantauan terhadap hutan perlu dilakukan untuk memelihara hutan dari
ancaman dalam bentuk degradasi dan deforestrasi.Kegiatan pemantauan hutan ini
dapat dilakukan dengan menggunakan data penginderaan jauh, sehingga dapat
dilakukan dengan waktu yang relatif cepat dan efisien.Ekstraksi informasi hutan
dan non hutan dari data penginderaan jauh dapat digunakan dalam memonitor stok
karbon dan perubahannya (Sambodo et al., 2014).
2.2Piperaceae
Suku Piperaceae terdiri
dari 10 marga
dan sekitar 1.400-2.000
jenis.Keanekaragaman jenis dari
suku Piperaceaetersebut memberikan inspirasi
untuk menginventarisasikegunaan dan
potensinya
bagi masyarakat Indonesia.Beberapa
Iiteratur menyebutkan bahwa Piperaceaemempunyai
beberapa kegunaan diantaranya adalahsebagai bahan
obat-obatan.Melalui
studi karakterisasidan keanekaragaman jenis dari suku Piperaceae
diharapkandapat diungkapkan potensinya sehingga
memiliki nilai tambah dan sebagai dasar pengembangan.Studi keanekaragaman
dan potensi jenis-jenis darisuku
Piperaceae merupakan studi interdisipliner
yangmenganalisis berbagai aspek yang berhubungan
dengankeanekaragaman jenis,
habitatdan potensinya.Melaluistudi
ini diharapkan kita mampu mengungkapkankeanekaragamanjenis
suku Piperaceae dan potensinya baiksebagai
bahan obat, bahan
kosmetika, penyegar, tanamanhias dan lain-Iainnya.
Disamping itu diamati pula peransosial ekonomi
jenis-jenis berpotensi dan dipelajari
carapengelolaannya dan manfaat serta
aspek konservasinya. (Munawaroh et al.,
2011).
2.3
Ciri Piperaceae
Ciri
Piperaceae ialah daun berbentuk jantung dan bunga tersusun dalam bentuk bulir.
Andaliman merupakan tumbuhan semak, tegak, dengan tinggi mencapai 5 m. Sedangkan
famili Piperaceae merupakan terna atau tumbuhan berkayu, sering kali memanjat
dengan menggunakan akar-akar pelekat. Lain halnya dengan anggota famili
Piperaceae, berdaun tunggal, bunga majemuk tidak terbatas, tersusun dalam bulir
(lada), dan tidak memiliki perhiasan bunga. Daun majemuk menyirip beranak daun
gasal, terdiri atas 3-11 anak daun, ibu tangkai daun pipih dan tepinya melebar
atau bersayap.Ketiga ciri ini tidak ditemui pada spesies Piper (Siregar, 2003).
2.4Persebaran
Piperaceae
Keanekaragaman
senyawa Piper yang luar biasa dapat
memberikan tekanan kuat pada herbivora. Ulat dalam genus Eois
adalah herbivora yang paling sering ditemui pada Piper. Eois adalah salah
satu genera terbesar di subfamili Larentiinae (Geometridae) dan terkenal karena
kekayaan spesiesnya dengan 257 spesies yang dilaporkan di seluruh dunia.
Distribusi Eois dan Piper yang terkait meluas dari Meksiko
ke Chili dan Argentina, di mana mereka hidup
dan tumbuh di hutan dataran rendah dan
dataran tinggi di berbagai kondisi iklim. Eois
umumnya dianggap sebagai parasityang menyebabkan tingkat kerusakan tinggi; kadang-kadang
benar-benar membuat busuk tanaman muda (Connahs et al., 2009).
Piper arieianum
dan Piper sancti-felicisadalah
semak yang biasaditemukan di hutan hujan dataran rendah Kosta Rika. Piper arieianum mendiami daerah
hutan primer dan sekunder dan celah kecil, sedangkan Piper sancti-felicis
paling sering ditemukan pada pembukaan hutan, jurang yang besardan di sekitar sekunder semak belukar. Spesies
ini berbeda dalam plastisitas karakter respon cahaya
(Nicotra et al., 1997).
2.5
Manfaat Piperaceae
Famili
Piperaceae (sirih-sirihan) mengandung minyak atsiri, senyawa fenolik, glikosida,
saponin dan terpenoida.Senyawa-senyawa seperti sianida, saponìn tannin, tiavonoid,
steroid, alkaloid dan minyak atsiri di duga dapat berfungsi sebagai
insektisida.Daun sirih dapat digunakan sebagai antiseptik.Ada pula yang
mengatakan bahwa daun sirih selain memiliki kemampuan antiseptik, juga
mempunyai kemampuan sebagai antioksida dan fungisida (Rachmawati, 2004).
Daun
sirih merupakan suatu bahan alami yang mempunyai potensi sebagai bahan
antimikroba.Sirih (Piper betle L.)
merupakan tanaman merambat. Daun tanaman ini terasa pedas dan lazim digunakan
oleh masyarakat Indonesia sebagai desinfektan, obat batuk, obat kumur, obat jantung,
mimisan, wasir, gatal dan lain- lain. Daun sirih dimanfaatkan untuk pengobatan
karena di dalamnya terdapat minyak atsiri yang mengandung senyawa fenolik
seperti kavikol, kavibetol, karvakol dan eugenol.Sirih termasuk tumbuhan perdu
yang merambat.Batang sirih berkayu, bulat, berbuku-buku, beralur dan berwarna
hijau(Hendrayani, 2005).
Daun
sirih mengandung fenol, yang memiliki peran sebagai racun bagi mikroba dengan
menghambat aktivitas enzimnya.Katekol, pirogalol, quinon, eugenol, flavon dan
flavonoid merupakan termasuk golongan fenol dan mempunyai kemampuan sebagian
bahan antimikroba, sedangkan saponin dan tannin pada daun sirih bersifat
sebagai Green Antibiotic daun sirih (Piper betle L.)Sebagai pengganti antibiotik
komersial untukantiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik
yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi
pada luka serta flavanoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga
berfungsi sebagai anti inflamasi.Ekstrak daun sirih maupun salep daun sirih
terbukti dapat menurunkan jumlah bakteri Staphylococcus aureus dan
bakteri Escherichia coli yang merupakan bakteri yang umum ditemukan pada
susu mastitis. Penelitian tersebut menggunakan biakan bakteri Staphylococcus
aureus dan bakteri Escherichia coli dalam media spesifik. Seperti
yang diketahui, mastitis tidak hanya disebabkan oleh bakteri patogen Staphylococcus
aureus dan bakteri Escherichia coli saja dan sampai dengan saat ini
pengujian efektivitas antibakterial dari bahan herbal terhadap susu penderita mastitis
belum pernah dilakukan (Lutviandhitaraniet al., 2015).
Beberapajenis dari suku
Piperaceae mempunyai peran penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia
baik untuk kepentingan sosial budaya, tetapi
juga untuk kepentinganekonomi.Misalnya
jenis Piper
betle L.,digunakan
oleh masyarakat Indonesia
untuk kegiatan sosial
budaya (ritual,tanda
penghormatan, dan
lain-Iainnya), bahan
ramuan obat tradisional dan menyirih.Jenis
Piper nigrum L sebagai jenis yang
diusahakan untuk tujuan ekonomi.Keanekaragaman jenis dari suku Piperaceae yangmelimpah
di Indonesia ini belum tergali atau dimanfaatkan secara optimal sebagai modal
dasar untuk pengembangan yang
menguntungkan dan sekaligus melestarikannya (Munawaroh et al., 2011).
Lada (Piper
nigrum, Piperaceae) merupakan salah satu spesies tanaman yang bijinya telah
lama diketahui memiliki aktivitas insektisida terhadap berbagai jenis serangga
ekstrak biji lada aktif terhadap larva nyamuk Aedes sp., hama wereng batang cokelat , dan ulat Spodopteralitura, serta dapat menekan
jumlah puru akar oleh Meloidogyneincognita
pada pembibitan tembakau. Dua senyawa insektisida utama dalam biji lada adalah
guininsin dan pipersida yang bekerja sebagai racun saraf dengan mengganggu
pengaturan aliran ion Na+ pada membran akson saraf pusat sehingga dapat
mengganggu hantaran impuls saraf yang selanjutnya menyebabkan serangga lumpuh
(Wati, 2015).
2.6Piper betle
Sirih
termasuk tumbuhan perdu yang merambat.Batang sirih berkayu,bulat, berbuku-buku,
beralur dan berwarna hijau.Bentuk daun sirih bulat, panjang, tunggal, dengan
pangkal berbentuk jantung dan ujung meruncing, tepidaun rata. Panjang daun
sirih adalah 5-8 cm, sedangkan Iebarnya 2-5 cm. Daunsirih bertangkai,
permukaannya halus mempunyai pertulangan menyirip,berwarna hijau muda sampai
hijau tua. Bunga sirih merupakan bunga berbentukbulir dengan daun pelindung
yang pendek berukuran kurang Iebih 1 mm. Bulirbunga jantan berukuran 1,5-3 cm
dengan benang sari sebanyak dua buah. Bulirbunga betina berukuran 1,5-6 cm
dengan 3-4 buah kepala putik dan berwama putih hingga hijau kekuningan. Buah
sirih berbentuk bulat, warna hijau keabu-abuan.akarnya merupakan akar tunggang,
bentuk bulatdan warna cokiat kekuningan. Sirih hijau denganrasa pedas
merangsang ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Hendrayani, 2005).
2.7
Metode Pengambilan Piperaceae
Metode yang digunakan adalah
metode eksplorasi(survei) yaitu melakukan penjelajahan
kawasan ke berbagai arah dengan melakukan koleksi berbagai jenis dari suku Piperaceae
yang ditemukan. Setiap jenis yang dikoleksi kemudian diberi label gantung,dicatat
lokasi, tinggi tempat dari permukaan air laut dengan bantuan GPS, habitat,
ciri morfologis dan karakteristik spesifik yang
mungkin akan hilang setelah dibuat herbariumnya. Selain itu juga dikoleksimaterial
hidup berupa stek batang.Teknik koleksi mengacu pada protocol koleksi hidup
dari Kebun Raya Bogor.Perlakuan terhadap material tanaman berupa anakanadalah
sebagai berikut: setelah sampai di kemah peristirahatan tanahnya diganti dengan
moss yangsudah direndam air, kemudian dibungkus denganhati-hati dan beberapa
daunnya dikurangi untuk mengurangi penguapan. Ada jenis piper yang memerlukan
pelindung (Munawaroh et al., 2011).
|
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Kamis, 14 Desember 2017 sampai Jumat, 12 Januari 2018 bertempat di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Desa Sionggang Utara
Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara dan di Laboratorium
Sistematika Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sumatra Utara.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalahJarum, papan kerja, gunting tanaman,
penggaris, tas karung, tali kompor, tallysheet, kain hitam, pulpen, busa,
camera digital, sasak, kardus dan label gantung, sedangkan bahan yang digunakan
yaitu alkohol, koran, tisu, kapur barus, plastik klep, plastik, spidol dan benang.
3.3 Metode Kerja
3.3.1 Metode lapangan
Praktikum ini
menggunakan metode jelajah yaitu dengan mengeksplorasi kawan hutan melalui
jalur yang telah ditentukan kemudian melihat sisi kiri dan kanan sejauh 5 m. Dilakukan
pengamatan morfologi pada permukaan batang dan daun serta warna bunga yang terdapat
pada famili Piperaceae yang ditemukan dan dicatat dengan alat tulis pada tallysheet. Pengkoleksian
tumbuhan dilakukan dengan mengambil tanaman dengan gunting tanaman yang
sebelumnya telah difoto dengan kamera digital. Spesimen yang telah dikoleksi
diberi label gantung yang ditulis kode spesimen dengan spidol permanent dan
dimasukkan ke dalam plastik berukuran 10 kg lalu disimpan didalam tas goni.
Semua spesimen yang telah dikoleksi diletakkan diatas kain hitam lalu difoto
dengan kamera digital dan spesimen tersebut dibungkus koran dan dimasukkan ke
dalam plastik 10 kg diberi alkohol secukupnya secara merata dan ditutup dengan
lakban cokelat.
3.3.1 Metode Laboratorium
Metode yang
dilakukan dilaboratorium yaitu dengan mengidentifikasi sampel yang dikoleksi
dilapangan. Sampel yang telah dibungkus koran diganti dengan koran yang baru. Sampel
yang telah dirapikan diapit dengan papan kayu dan koran lalu diikat dengan
sumbu kompor, dikeringkan dalam oven selama beberapa hari sampai sampel kering.Sampel
yang telah kering diidentifikasi berdasarkan ciri ciri morfologi yang dicatat
dilapangan.Lalu, sampel di mounting
pada kertas mounting, kemudian sampel
di beri label sesuai dengan identifikasi yang telah dilakukan.Selanjutnya,
sampel di masukkan kedalam plastik wayang dan dilakban.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis-Jenis
Famili Piperaceae
Dari hasil
praktikum yang dilakukan di Kawasan
Hutan Taman Eden 100 Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba
Samosir Sumatera Utara.Diperoleh 1 genus dengan 6 spesies.
No
|
Genus
|
Spesies
|
1
2
3
4
5
6
|
Piper
Piper
Piper
Piper
Piper
Piper
|
Piper crocatum Ruiz
& Pav
Piper nigrum L.
Piper betle L.
sp1.
sp2.
sp3.
|
BerdasarkanTabel
4.1 dapat dilihat famili Piperaceae yang terdapat di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Desa Sionggang Utara Kecamatan
Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara ada 6 spesies yang terdiri
dari Piper
crocatum, Piper nigrum, Piper betle,sp1, sp2, sp3.Ini menunjukkan jumlah jenis dari Famili
Piperaceae yang didapat tergolong sedikit.Hal ini dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan seperti suhu, ph, tanggapan tanaman terhadap lingkungan, ketinggian lokasi, curah hujan di kawasan tersebut,
nutrisi yang tersedia dari dalam tanah, dan juga kondisi tanah yang menunjang
tumbuhnya tumbuhan dari Famili Piperaceae.
Menurut Nicotra
et al. (1997), tanggapan
populasi tanaman terhadap lingkungan tergantung pada interaksi antar individu
terhadap plastisitas fenotipikdan variasi genetiknya. Akhirnya, pentingnya
plastisitas fenotipik relative variasi genetik dalam sifat tertentu mungkin
didikte oleh skala heterogenitas di habitat oleh sejarah kehidupan karakteristik
spesies, atau sifat sifatnya.Piper
arieianumC. DC dan Piper sancti-felicis
Trel tumbuh berbeda lingkungan ringan di dalam hutan hujan, dan berbeda respon
tumbuhanatau sampel terhadap cahaya.Piper
arieianumumumnya kurang dalam proses respon cahaya fotosintesis.
Sebaliknya, spesies yang tumbuh dalam kondisi cahaya tinggi, seperti pelopor semak
Piper sancti-felicis, sering
menunjukkan tingkat tinggi dari plastisitas pada tingkat fotosintesis.
Menurut Dwifedi
dan Tripathi (2014), Piper betleLinn merupakan tanaman merambat tahunan, memanjat, banyak
bertubuh kecil, tumbuh setinggi sekitar satu meter, umumnya tumbuh besar, di
daerah yang lebih panas dan lembap. Hal ini banyak ditemukan di hutan lembab
dan berada diperbanyak di India dan negara-negara lain di Asia Tenggara,
seperti Vietnam dan China.DiIndia ditemukan di Uttar Pradesh, Bihar, Bengal,
Orissa, Tamil, nadu, Andhra Pradesh danKarnataka. Di Tamilnadu, tiga varietas
daun sirih Piper, Sirugamani, Karpoori danVellaikodi dapat digunakan dalam
berbagai ramuan, dalam menyembuhkan luka, luka bakar, impectigo, furuneloris,
eksim,limfangit dan jus bermanfaat secara stomatik. Kammaru (berbagai daun Piper betle) memiliki senyawa yang baik
yang menyembuhkan faringitis, sakit perut dan bengkak.
Menurut Damanhouridan Ahmad (2014),Piper nigrum adalah
tanamanobat yang berharga. Ini adalah salah satu bumbu yang paling umum digunakan
dan dianggap sebagai ''Raja rempah-rempah'' di antara berbagai bumbu.Lada hitam
ditanam di banyak daerahtropis seperti Brasil, Indonesia dan India.Piper nigrum dikenal sebagai Kali Mirchdalam
bahasa Urdu dan Hindi, Pippali dalam bahasa Sanskerta, Milagu dalambahasa Tamil
dan Peppercorn, lada putih,lada hijau,lada hitam,Madagaskarmerica dalam bahasa
Inggris. Merica panas dan pedas diperoleh dari lada hitam yang paling terkenal
dan salah satu bumbu yang biasa digunakan di seluruh dunia.Lada hitam digunakan
sebagai bahan obat, bahan pengawet, dan pewangi. Komponen aktifnya digunakan pada berbagai
jenis makanan dan sebagai obat. Lada digunakan di seluruh dunia denganberbagai
jenisseperti hidangan daging.Ini mengandung piperin alkaloid yang diketahui
memiliki banyak tindakan farmakologis yang menarik.Ini banyak digunakan dalam
berbagai sistem pengobatan tradisional.Piperine
menunjukkan beragamaktivitas farmakologis seperti antihipertensidanantiplatelet, antioksidan,antitumor,anti-asma,antipiretik,analgesik,
anti-inflamasi, antidiare,antispasmodik, anxiolytic,antidepresan, pelindung
hepato,immunomodulator, antibakteri,antijamur,anti-tiroid, anti-apoptosis, antimetastatik,
antimutagenik, anti-spermatogenik, anti-Colon toksin, insektisida dan
larvisidal kegiatan dll. Piperine telah ditemukan untuk meningkatkan efikasi
terapeutik pada banyak
obat-obatan, vaksin dan nutrisi.
4.2 Deskripsi Spesies
4.2.1 Piper crocatum Ruiz & Pav
Habitat teresterial.Habit semak. Akar serabut. Batang; arah tumbuh
repens (menjalar), bentuk teres (bulat), permukaan batang laevis(licin),
warna hijau keunguan. Daun; bentuk daun cordate
(jantung), ujung daun acutus (runcing), pangkal daun orbicularis(membulat), permukaan daun laevis (licin), pertulangan daun cervinervis (melengkung), tepi daun integer (rata), warna adaksial merah
keperakan, abaksial hijau
muda, susunan daun alternate (berseling).
4.2.2 Piper nigrum L.
Habitat
teresterial.Habitsemak.Akar serabut. Batang;arah tumbuh
repens (menjalar), bentuk teres (bulat), permukaan batang laevis(licin),
warna hijau. Daun; bentuk daun ovate (membulat), ujung daun acutus (runcing), pangkal daun orbicularis(membulat), permukaan daun laevis (licin), pertulangan daun cervinervis (melengkung), tepi daun integer (rata), warna adaksial hijau tua,
abaksial hijau muda, susunan daun alternate (berseling), buah; letak terminal,
warna hijau.
4.2.3
Piper betle L.
Habitat teresterial.Habitsemak. Akar serabut. Batang;arah tumbuh
repens (menjalar), bentuk teres (bulat), permukaan batang laevis(licin),
warna hijau. Daun; bentuk daun cordate (jantung), ujung daun acutus (runcing), pangkal daun orbicularis(membulat), permukaan daun laevis (licin), pertulangandaun cervinervis(melengkung), tepi daun integer (rata), warna adaksial hijau tua, abaksial
hijau muda,
susunan daun alternate (berseling).
4.2.4Sp1.
Habitat
teresterial.Habit semak. Akar serabut. Batang; Arah tumbuh repens
(menjalar),
bentuk teres (bulat), permukaan batang
laevis(licin), warna hijau. Daun; bentuk saggitate (segitiga), ujung daun acuminatus (meruncing), pangkal daun emarginatus(berlekuk), permukaan daun laevis (licin), pertulangan daun cervinervis (melengkung), tepi daun integer (rata), warna adaksial hijau
tua, abaksial hijau muda, susunan daun alternate (berseling).
4.2.5 Sp2.
Habitat teresterial.Habit
semak. Akar tunggang. Batang;arah tumbuh
repens (menjalar), bentuk teres (bulat), permukaan batang laevis(licin),
warna hijau. Daun; bentuk daun ovate (bulat telur), ujung daun acuminatus (meruncing), pangkal daun
rotundus(membulat),
permukaan daun laevis (licin), pertulangan daun cervinervis (melengkung), tepi daun integer (rata), warna adaksial hijau tua,
abaksial hijau muda, susunan daun alternate (berseling).
4.2.6Sp3.
Habitat teresterial.Habit
semak. Akar tunggang. Batang; arah tumbuh
repens (menjalar),bentuk teres
(bulat), permukaan batang laevis(licin), warna hijau
keunguan.Daun; bentuk daun ovate
(bulat telur), ujung daun acuminatus (meruncing), pangkal daun rotundus(membulat), permukaan daun laevis (licin), pertulangan daun cervinervis (melengkung), tepi daun integer (rata), warna adaksial hijau
tua , abaksial hijau muda, susunan daun alternate (berseling).
|
BAB
5
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan
dari praktikum ini adalah: ada 6 keanekaragaman jenis piperaceae di Kawasan
Hutan Taman Eden 100 Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba
Samosir Sumatera Utara yaitu Piper
crocatum, Piper nigrum, Piper betle,Sp1, Sp2, Sp3.
5.2 Saran
Adapun saran
dari praktikum ini adalah:
a.
Sebaiknya
praktikan selanjutnya menggunakan buku referensi identifikasi yang akurat.
b.
Sebaiknya
praktikan selanjutnya lebih teliti dalam proses identifikasi sampel.
c.
Sebaiknya
praktikan selanjutnya melakukan pengecekan secara rutin dalam proses
pengeringan spesimen.
d.
Sebaiknya
praktikan selanjutnya lebih memahami tentang karakteristik dari famili
Piperaceae agar mudah dikenali saat dilapangan.
|
Arief,
A. 2001.Hutan & Kehutanan. Yogyakarta: Canisius. Halaman 11-14.
Connahs. H.,
Rodríguez-Castañeda. G., Walters. T., Walla. T, and Dyer. L. 2009. Geographic variation in host-specificity and
parasitoid pressure of anherbivore (Geometridae) associated with the tropical
genus Piper (Piperaceae). Journal
of Insect Science. 9(28):
1-11.
Damanhouri.
Z.A, and Ahmad A. 2014. A Review on Therapeutic
Potential of Piper nigrum L. (Black Pepper): The King of Spices. Journal of Medicine.
3(3): 1-6.
Dwivedi. V, dan Tripathi. S. 2014. Review
Study On Potential Activity Of Piper
Betle. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry. 3(4): 93-98
Helmi.
1999. Pengaruh Kerapatan Tanam Dan Cara Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Lada
Perdu Dibawah Tegakan Kepala. [Tesis].Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Hendrayani,
S.F. 2005. Pengaruh Beberapa Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans.[Tesis].Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Lutviandhitarani, G., Harjanti, D.
W, dan Wahyono, F. 2015. Green Antibiotic Daun Sirih (Piper betle L.)
Sebagai Pengganti Antibiotik Komersial untuk Penanganan Mastitis.Jurnal Agripet. 1(15): 28-32.
Muhdin., Suhendang. E., Wahjono. D., Purnomo. H., Istomo, dan
Simangunsong. B. C. H. 2008. Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder. Jurnal Hayati. 14(2): 81-87.
Munawaroh.
E., Astuti.
I. A, dan Sumanto. 2011. Studi Keanekaragaman
Dan Potensi Suku Piperaceae Di Sumatera Barat. Jurnal Hayati.1(5):
35-40.
Nicotra. A.
B., Chazdon. R. L, AndSchlichting. C.D. 1997. Patterns Of Genotypic Variation
And Phenotypic Plasticity Of Light Response In Two TropicalPiper (Piperaceae) Species.American
Journal of Botany. 84(11): 1542–1552.
Rachmawati. 2004. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn) Terhadap Kemampuan
Hidup Dan Perkembangan Pradewasa Nyamuk Aedes
aegypti. [Tesis].Bogor: IPB.
Sambodo. K.
A., Rahayu. M. I., Indriasari. N, dan Natsir. M. 2014. Klasifikasi Hutan-Non
hutan Data Alos Palsar Menggunakan Metode Random Forest.Jurnal Hayati. 2(8): 1-9.
Siregar. B.
L. 2003. Andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC.) di Sumatera Utara: Deskripsi dan Perkecambahan.Jurnal Hayati. 1(10): 38-40.
Yamani. A.
2013. Studi Kandungan Karbon Pada Hutan
Alam Sekunder Di Hutan
Pendidikan
Mandiangin Fakultas Kehutanan Unlam.Jurnal Hutan Tropis. 1(1) 85-91.
Tidak ada komentar: