CONTOH LKTI ( lomba karya tulis ilmiah ) PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN DI BEBERAPA TITIK DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOLA BASAH DAN BOLA KERING
PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN DI
BEBERAPA TITIK DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOLA
BASAH DAN BOLA KERING
Disusun Oleh:
Edi Susanto 160805057 S1 Biologi
Edi Susanto 160805057 S1 Biologi
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengaruh
dari pemanasan global (Global Warming) sangatlah besar terhadap
fluktuasi suhu dan kelembaban di seluruh belahan dunia, terutama di Indonesia,
negara kepulauan yang terletak pada garis khatulustiwa yang menyebabkan negara
ini memiliki iklim tropis karena mendapatkan penyinaran matahari sepanjang
tahun. Pemanasan global disebabkan oleh banyak faktor, trutama yang paling
terkenal adalah efek rumah kaca, dimana panas matahari yang masuk tidak dapat
keluar dari atmosfer bumi, menyebabkan perubahan suhu yang signifikan pada
beberapa daerah, baik itu lautan, daratan, pegunungan ataupun kutub. Perubahan
suhu ini juga disebabkan oleh faktor lain seperti keberadaan vegetasi pada
sekitar daerah. Adanya vegetasi mampu menekan laju kenaikan suhu, dan penurunan
kelembaban pada daerah yang ditempati, karena hasil fotosintesisnya berupa
oksigen berperan penting dalam stabilitas ekologi. Selain itu, angin juga
berpengaruh terhadap perubahan suhu dan kelembaban udara. Angin terbentuk oleh
greadien suhu. Ketika udara memanas, udara menjadi lebih ringan dan naik. Ketika
udara panas naik, udara dingin masuk dan mengambil alih. Angim mengamplifikasi
efek temperatur. Angin meningkatkan penghilangan panas dengan evaporasi dan
konveksi. Angin juga mempengaruhi makhluk hidup secara langsung dengan cara
yang beragam. Angin berkontribusi pada penghilangan air pada organisme dengan
cara meningkatkan evaporasi pada hewan dan transpirasi pada tumbuhan.
Menurut Stilling (2012), Suhu mungkin merupakan faktor terpenting dalam
distribusi dan kelimpahan organisme karena efeknya terhadap proses biologis,
seperti tingkat metabolisme, dan karena ketidakmampuan banyak organisme untuk
meregulasi suhu tubuhnya secara tepat, sebagai contoh, organisme yang membentuk
terumbu karang mensekresi cangkang kalsium karbonat. Pembentukan cangkang dan
deposisi koral dipercepat oleh suhu tinggi tetapi ditekan di dalam air dingin.
Terumbu karang hanya melimpah pada perairan hangat, dan korespondensi terdekat
diamati diantara isotermik 20oC pada bulan terdingin di tahun itu
dan batasan distribusi terumbu karang. Isotermik adalah garis pada peta
menghubungkan titik-titik temperatur yang sama. Terumbu karang terletak pada
dua garis isotermik yang terbentuk dibawah dan diatas ekuator.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
permasalahan yang mendasar pada pengamatan ini adalah faktor-aktor penyebab
perubahan suhu dan kelembaban di beberapa titik di Universitas Sumatera Utara,
dan berapa tingkat kenaikan suhu dan kelembaban juga hubungan antara suhu dan
kelembaban.
1.3 Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui tingkat suhu dan kelembaban
di beberapa titik di Universitas Sumatera Uara, faktor-faktor penyebab erubaha
suhu dan kelembaban, dan untuk mengetahui hubungan antara suhu dan kelembaban.
1.4 Manfaat dan Luaran
Adapun
manfaat dan luaran dari percobaan ini adalah sebagai informasi kepada
masyarakat tentang suhu dan kelembaban yang terukur, dan mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan suhu dan kelembaban di Universitas
Sumatera Utara, dan hubungan suhu dan kelembaban.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Suhu dan Kelembaban
2.1.1 Suhu
Dalam kehidupan sehari-hari, suhu
merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu zat atau benda. Oven yang
panas dikatakan bersuhu tinggi, sedangkan es yang membeku dikatakan memiliki
suhu rendah. Suhu dapat mengubah sifat zat, contohnya sebagian besar zat akan
memuai ketika dipanaskan. Sebatang besi lebih panjang ketika dipanaskan
daripada dalam keadaan dingin. Jalan dan trotoar beton memuai dan menyusut
terhadap perubahan suhu. Hambatan listrik dan materi zat juga berubah terhadap
suhu. Demikian juga warna yang dipancarkan benda, paling tidak pada suhu
tinggi. Kalau kita perhatikan, elemen pemanas kompor listrik memancarkan warna
merah ketika panas. Pada suhu yang lebih tinggi, zat padat seperti besi
bersinar jingga atau bahkan putih. Cahaya putih dari bola lampu pijar berasal
dari kawat tungsten yang sangat panas. Alat yang dirancang untuk mengukur suhu
suatu zat disebut termometer.
Ada beberapa jenis termometer, yang prinsip kerjanya bergantung pada beberapa
sifat materi yang berubah terhadap suhu. Sebagian besar termometer umumnya
bergantung pada pemuaian materi terhadap naiknya suhu (Sumarsono, 2009).
Termometer
umum saat ini terdiri dari tabung kaca dengan ruang di tengahnya yang diisi air
raksa atau alkohol yang diberi warna merah. Untuk mengukur suhu secara
kuantitatif, perlu didefinisikan semacam skala numerik. Skala yang paling
banyak dipakai sekarang adalah skala Celsius,
kadang disebut skala Centigrade.
Di Amerika Serikat, skala Fahrenheit juga
umum digunakan. Skala yang paling penting dalam sains adalah skala absolut atau
Kelvin. Satu cara untuk
mendefinisikan skala suhu adalah dengan memberikan nilai sembarang untuk dua
suhu yang bisa langsung dihasilkan. Untuk skala Celsius dan Fahrenheit, kedua
titik tetap ini dipilih sebagai titik beku dan titik didih dari air, keduanya
diambil pada tekanan atmosfer. Titik
beku zat didefinisikan sebagai suhu di mana fase padat dan cair ada
bersama dalam kesetimbangan, yaitu tanpa adanya zat cair total yang berubah
menjadi padat atau sebaliknya. Secara eksperimen, hal ini hanya terjadi pada
suhu tertentu, untuk tekanan tertentu. Dengan cara yang sama, titik didih didefinisikan sebagai suhu
di mana zat cair dan gas ada bersama dalam kesetimbangan. Karena titik-titik
ini berubah terhadap tekanan, tekanan harus ditentukan (biasanya sebesar 1
atm). Pada skala Celsius, titik beku dipilih 0 oC (“nol derajat
Celsius”) dan titik didih 100 oC. Pada skala Fahrenheit, titik beku
ditetapkan 32 oF dan titik didih 212 oF. Termometer
praktis dikalibrasi dengan menempatkannya di lingkungan yang telah diatur
dengan teliti untuk masing-masing dari kedua suhu tersebut dan menandai posisi
air raksa atau penunjuk skala. Untuk skala Celsius, jarak antara kedua tanda
tersebut dibagi menjadi seratus bagian yang sama dan menyatakan setiap derajat
antara 0 oC dan 100 oC. Untuk skala Fahrenheit, kedua
titik diberi angka 32 oF dan 212 oF, jarak antara
keduanya dibagi menjadi 180 bagian yang sama. Untuk suhu di bawah titik beku
air dan di atas titik didih air, skala dapat dilanjutkan dengan menggunakan
selang yang memiliki jarak sama. Bagaimana pun, termometer biasa hanya dapat
digunakan pada jangkauan suhu yang terbatas karena keterbatasannya sendiri
(Sumarsono, 2009).
Temperatur merupakan
sifat termodinamika dari suatu zat yang berkaitan dengan energi atau
perpindahan energi. Temperatur dari suatu bahan menyatakan keadaan termalnya
dan kemampuannya untuk bertukar energi dengan bahan lain yang bersentuhan
dengannya. Disamping itu temperatur juga merupakan “penunjuk” bagi arah
perpindahan energi sebagai panas, sebab energi cenderung untuk berpindah
sebagai panas dari berbagai daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang
bertemperatur rendah. Temperatur dapat diukur menggunakan thermometer
(Walujodjati, 2005).
2.1.2
Kelembaban
Kelembapan
adalah konsentrasi uap air di udara.Angka konsentasi ini dapat diekspresikan
dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif.Alat
untuk mengukur kelembapan disebut higrometer.Sebuah humidistat digunakan untuk
mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah
pengawalembap (dehumidifier).Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan
termostat untuk suhu udara.Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan
dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut
dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C
(Handoko, 1994).
2.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu dan
Kelembaban
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu
Faktor-faktor
yang mempengaruhi suhu dipermukaan bumi antara lain:
-
Jumlah radiasi yang diterima
pertahun, perbulan, perhari, dan permusim.
-
Pengaruh daratan atau lautan
-
Pengaruh ketinggian tempat.
-
Pengaruh angin secara tidak langsung misalnya,
angin yang membawa panas dari sumbernya secara horizontal
-
Pengaruh panas laten, yaitu
panas yang disimpan dalam atmosfer
-
Penutup tanah, yaitu tanah yang
ditutupi vegetasi yang mempunyai temperatur yang lebih rendah daripada tanah
tanpa vegetasi.
-
Tipe tanah, tanah gelap indeks
suhunya lebih tinggi
-
Pengaruh sudut datang sinar matahari, sinar
yang tegak lurus akan membuat suhu lebih panas daripada yang datangnya miring
(Santoso, 2007).
2.2.2
Faktor faktor yang
mempengaruhi kelembaban
Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat
bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut:
-
Suhu
-
Tekanan udara
-
Pergerakan angin
-
Kuantitas dan kualitas penyinaran.
-
Vegetasi
-
Ketersediaan air di suatu tempat
(air, tanah, perairan) (Santoso, 2007).
2.3 Termometer Basah dan Termometer Kering
Udara yang dihirup sehari-hari tidak melulu udara
kering tetapi merupakan campuran udara dan uap air. Bila udara mengalir
melewati permukaan basah, maka udara yang melewati daerah diferensial dA
berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2. Udara hangat pada keadaan 1 akan turun
suhunya bila bersentuhan dengan air yang bersuhu tf . Pada fenomena ini juga
terjadi perpindahan panas sensible dan panas laten secara bersamaan. Bila
terdapat pebedaan suhu antara udara (ta) dan permukaan basah (ti) maka panas
akan dipindahkan. Bila terdapat perbedaan tekanan parsial uap air di udara
(Psa) dan tekanan di permukaan air (Psi) akan terjadi perpindahan massa air.
Perpindahan massa air ini menyebabkan perpindahan energi panas juga, karena pada
saat uap air mengembun, panas laten harus dikeluarkan dari air tersebut,
sebaliknya bila sejumlah cairan menguap dari lapissan air, harus diberikan
kalor penguapan kepada air yang menguap tersebut (Walujodjati, 2005).
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Waktu
dan Tempat
Penelitian
“Pengukuran suhu dan kelembapan di beberapa titik di wilayah Universitas
Sumatera Utara” dilakukan di titik antara fakultas teknik dan perpustakaan
pusat Universitas Sumatera Utara Pada hari senin tanggal 27 Maret 2017 pukul
17:00 hingga selesai.
3.2 Bahan
dan Alat
Adapun
alat yang digunakan pada penelitian ini adalah termometer air raksa, kapas,
tali, dan tiang gantung, sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah air Aquades.
3.3 Prosedur
kerja
Disiapkan
alat dan bahan yang diperlukan pada penelitian, lalu dibasahkan kapas
menggunakan aquadest dan diikatkan kapas (satu yang telah dibasahi dengan
aquadest dan satu kapas kering) pada Termometer air raksa. Kemudian diikatkan
tali pada ujung Termometer air raksa dan digantung Termometer pada tiang
gantung. Diamati suhu awal hasil pengukuran lalu dicatat pada lembar data, lalu
dilanjutkan pengamatan pada menit ke-10, menit ke-20 hingga menit ke-30
pengamatan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No.
|
Hari/Tanggal
|
Jam
|
Jenis
|
Suhu awal
|
Suhu menit 10
|
Suhu menit 20
|
Suhu menit 30
|
1.
|
Senin, 27 Maret 2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
29˚C
25˚C
|
28˚C
24,5˚C
|
27˚C
23˚C
|
25,5˚C
22˚C
|
2.
|
selasa, 28
Maret 2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
29˚C
26,5˚C
|
28˚C
26˚C
|
27˚C
25˚C
|
26˚C
24˚C
|
3.
|
Rabu, 29 Maret 2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
30˚C
27˚C
|
29˚C
26˚C
|
27,5˚C
25˚C
|
27˚C
24˚C
|
4.
|
Kamis, 30
Maret 2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
29˚C
26˚C
|
28˚C
25˚C
|
27˚C
24˚C
|
26˚C
23˚C
|
5.
|
Jum’at 31
Maret 2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
28˚C
24˚C
|
27˚C
23,5˚C
|
26˚C
22˚C
|
25˚C
21˚C
|
6.
|
Sabtu, 1 April
2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
29˚C
26˚C
|
28˚C
25˚C
|
26˚C
24˚C
|
25˚C
23˚C
|
7.
|
Minggu, 2
April 2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
30˚C
26˚C
|
29,5˚C
25˚C
|
28˚C
24˚C
|
26˚C
22,5˚C
|
8.
|
Senin, 3 April 2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
29˚C
25˚C
|
28,5˚C
25,5˚C
|
27,5˚C
25,3˚C
|
28˚C
25.3˚C
|
9.
|
Selasa, 4 April 2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
32˚C
27˚C
|
29˚C
25,5˚C
|
28˚C
25˚C
|
27.5˚C
24,5˚C
|
10.
|
Rabu, 5 April 2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
29˚C
25,5˚C
|
28˚C
24˚C
|
27˚C
24˚C
|
26˚C
23,5˚C
|
11.
|
Kamis, 6 April 2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
29˚C
24˚C
|
27,5˚C
24˚C
|
27˚C
23,5˚C
|
26,5˚C
23˚C
|
12.
|
Jum’at, 7 April 2017
|
17:00-17:30
|
BK
BB
|
30˚C
25˚C
|
29˚C
24,5˚C
|
28˚C
24˚C
|
27,5˚C
23˚C
|
Keterangan:
BK:
Bola Kering
BB:
Bol Basah
Hasil pengukuran
suhu udara selama 14 hari yang dilakukan pada jam
17.30-18.00 menunjukan bahwa suhu tertinggi di dapat pada pukul 17.00 atau saat pertama kali dilakukan pengamatan pada hari tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (2002) yang mengatakan bahwa fluktuasi suhu udara
(dan suhu tanah) berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari, sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh gas-gas atmosfer dan partikel-partikel padat yang melayang di atmosfer. Serapan energi radiasi matahari akan menyebabkan suhu udara meningkat. Suhu udara harian maksimum tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum tercapai.
17.30-18.00 menunjukan bahwa suhu tertinggi di dapat pada pukul 17.00 atau saat pertama kali dilakukan pengamatan pada hari tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (2002) yang mengatakan bahwa fluktuasi suhu udara
(dan suhu tanah) berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari, sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh gas-gas atmosfer dan partikel-partikel padat yang melayang di atmosfer. Serapan energi radiasi matahari akan menyebabkan suhu udara meningkat. Suhu udara harian maksimum tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum tercapai.
Dari hasil penganamatan juga
terdapat bahwa suhu terendah di dapat setelah jam menunjukan pukul 18.00. Dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh nyata tehadap sinar matahri terhadap penurunan
suhu udara. Hal ini sesuai dengan literature Lakitan (2002) yang menyatakan
permukaan bumi tidak menerima masukan energi dari radiasi matahari, tetapi
permukaan bumi tetap akan memancarkan energi dalam bentuk radiasi gelombang
panjang, sehingga permukaan akan kehilangan panas, akibatnya suhu permukaan
akan turun. Karena perannya yang demikian maka fluktuasi suhu permukaan akan
lebih besar dari fluktuasi udara di atasnya.
Selain cuaca atau radiasi matahari,
fluktuasi suhu udara juga dipengaruhi oleh vegetasi tanaman. Seperti yang
diketahui bahwa lokasi pengamatan dekat dengan Hutan Tri Darma USU dimana
banyak terdapat tanaman di dekat lokasi pengamatan. Hal ini sesuai dengan
literatur Tauhid (2008) bahwa uap air yang dilepaskan vegetasi melalui
transpirasi berperan dalam mendinginkan udara sekitanya. Proses transpirasi
berjalan secara silmultan dengan proses fotosintesis sebagai mekanisme lain
pendinginan suhu udara.
Suhu udara memiliki hubungan dengan
cabang ilmu lainnya seperti dengan pertanian. Setiap tanaman memiliki syarat
tumbuh yang berbeda. Menurut
Setiawan (2009) bahwa iklim meruapakan salah satu faktor dalam mempengaruhi produktivitas suatu tranaman. Berdasarkan gambaran iklim dapat akan dapat diidentifikasi tipe vegetasi tanaman yang tumbuh di daerah tersebut. Pada kondisi tertentu pengaruh iklim terhadap tanaman yang tumbuh di suatu tempat jauh lebih kuat dibandingkan pengaruh tanah.
Setiawan (2009) bahwa iklim meruapakan salah satu faktor dalam mempengaruhi produktivitas suatu tranaman. Berdasarkan gambaran iklim dapat akan dapat diidentifikasi tipe vegetasi tanaman yang tumbuh di daerah tersebut. Pada kondisi tertentu pengaruh iklim terhadap tanaman yang tumbuh di suatu tempat jauh lebih kuat dibandingkan pengaruh tanah.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang didapat dari
percobaan ini adalah:
a.
Suhu tertinggi
rata-rata yang didapat dari bola kering adalah 29,5oC, sedangkan
suhu terendah yang didapat dari bola kering adalah 26,5oC.
Sedangkan suhu tertinggi untuk bola basah adalah 26,75‑o‑C, dan suhu terendah
untuk bola basah adalah 23,50C.
b.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi dari perubahan suhu dan kelembaban adalah iklim, pemanasan global,
jumlah vegetasi, angin, dan faktor makhluk hidup.
c.
Hubungan antara
suhu dna kelembaban berbanding terbalik, karena ketika suhu naik maka
kelembaban udara menjadi turun, sedankan ketika suhu turun maka kelembaban
udara menjadi tinggi.
5.2 Saran
Adapun Saran untuk kedepannya
adalah:
a.
Sebaiknya dalam percobaan dipilih tempat yang cukup netral agar mendapatkan
hasil yang baik
b.
Sebaiknay pengukuran suhu dibuat secara konsisten agar hasilnya signifikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Handoko, 1986. Pengantar
Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi
Pertanian, Jurusan Geofisika dan Metereologi FMIPA-IPB: Bogor.
Lakitan, B.
2002. Dasar – Dasar Agroklimatologi. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Jakarta
Santoso, 2007. Kolerasi. http://www.wikipedia.com. Diakses padatanggal 14
April 2016 pukul 05.18 WIB
April 2016 pukul 05.18 WIB
Setiawan,
E. Kajian Hubungan Unsur Iklim Terhadap Produktivitas Cabe Jamu (Piper retrofractum Vahl)
Di Kabupatan Sumenep. Diambil dari http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2013/02/1.-Agrovigor- Maret-2009-Vol-2-No-1-Kajian-Hubungan-Unsur-Iklim-Eko-S-.pdf
Tanggal 14 April 2017
Tanggal 14 April 2017
Stilling,
P. 2012. Ecology: Global Insight and
Investigation. New York: McGraw-
Hill
Hill
Sumarsono,
J. (2009). Fisika. Jakarta: Pusat
Perbukuan. Halaman 134-135.
Tauhid. 2008.
Kajian Jarak Jangka Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara
Pada Siang Hari di Perkotaan (Studi Kasus Kawasan Simpang Lima
Kota Semarang).Diambil dari
http://eprints.undip.ac.id/17888/1/tauhid.pdf Tanggal 14 April 2017
Pada Siang Hari di Perkotaan (Studi Kasus Kawasan Simpang Lima
Kota Semarang).Diambil dari
http://eprints.undip.ac.id/17888/1/tauhid.pdf Tanggal 14 April 2017
Walujodjati, A.
(2005). Pengaruh Kecepatan Udara Terhadap Temperature Bola
Basah, Temperatur Bola Kering Pada Menara Pendingin. Momentum. 1(2).
Basah, Temperatur Bola Kering Pada Menara Pendingin. Momentum. 1(2).
Tidak ada komentar: