Header Ads

Breaking News
recent

CONTOH JURNAL PENGAMATAN AVES (Burung) PANTAI

PENGAMATAN AVES


BAB 1
PENDAHULUAN



1.1    Latar belakang
Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi. Mengenali dan mengklasifikasikan spesies adalah salah satu tujuan utama biologi konservasi. Diperlukan keahlian biologi tertentu untuk membedakan satu spesies dari spesies lainnya di bumi, dimana banyak dari makhluk hidup itu berukuran kecil serta memiliki ciri-ciri khusus yang seringkali tidak mudah dibedakan. Mengidentifikasi proses ketika satu spesies berevolusi menjadi suatu spesies baru atau bahkan menjadi lebih dari satu spesies merupakan salah satu pencapaian utama dalam biologi modern. Spesies umumnya didefinisikan melalui satu atau dua cara. Pertama, spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara momrfologi, fisiologi atau biokimia (defenisi spesies secara morfologis). Kedua, spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu-individu yang berpotensi untuk berbiak dengan sesama mereka di alam dan tidak mampu berbiak dengan individu-individu dengan spesies lain (defenisi secara biologis). Karena metode dan asumsi yang digunakan dalam definisi tersebut berbeda, kedua pendekatan untuk membedakan spesies tersebut kadang-kadang tidak memberikan hasil yang sama (Indrawan., et al. 2007).
          Ketidakpedulian generasi muda dan berkembangnya paham modern menjadi salah satu permasalahan dalam keberlangsungan dan kelestarian spesies tersebut. Hal tersebut telah mengikis kearifan lokal bahkan beberapa telah berkembang ke arah kemusyrikan serta ketidakpedulian. Diperoleh 198 jenis burung. Sebagian besar adalah burung berkicau (Passeriformes) dan burung pantai. Burung raptor merupakan temuan yang menarik. Burung raptor dapat digunakan sebagai indikator lingkungan dan dengan ditemukannya jenis burung raptor di Karst Gunungsewu merupakan bahwa ekosistemnya masih terjaga dengan baik. Terdapat tiga jenis raptor yang ditemukan di bagian selatan, di bagian utara dan di pesisir selatan (Sudarmadji., et al. 2013).

1.2 Tujuan Praktikum
                 Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
a.     Untuk mengetahui jumlah spesies burung yang ada di lokasi pengamatan
b.    Untuk mengetahui jenis spesies apa saja yang dapat diamati
c.     Untuk mengetahui perilaku yang terjadi pada spesies yang diamati

1.3 Manfaat Praktikum
                 Adapun manfaat dari percobaan ini adalah :
a.    Dapat mengetahui jumlah spesies burung yang ada di lokasi pengamatan
b.    Dapat mengetahui jenis spesies apa saja yang dapat diamati
c.    Untuk mengetahui perilaku yang terjadi pada spesies yang diamati


     
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Burung
Burung merupakan salah satu kelompok terbesar vertebrata yang banyak dikenal, diperkirakan ada sekitar 8.600 jenis yang tersebar di dunia. Burung berdarah panas seperti binatang menyusui tetapi sebenarnya burung lebih berkerabat dekat dengan reptil yang mulai berevolusi sekitar 135 juta tahun yang lalu. Semua jenis burung  dianggap berasal dari sesuatu yang mirip dengan fosil burung yang pertama yaitu Archaeopteryx. Burung masa kini berbeda dengan reptil karena berkembangnya bulu yang mempengaruhi daya terbang. Reptil seperti Pterosaurus  sudah memiliki daya terbang yang kuat tetapi hanya mengandalkan berntuk sayapnya yang panjang dan berselaput. Pada mulanya sayap burung yang lebar hanya untuk melayang dan baru dipergunakan untuk terbang yang sebenarnya setelah bulu sayapnya berkembang semakin lebar, ringan dan bersusun rapat. Bulu merupakan rahasia keberhasilan burung tidak hanya karena memberikan daya terbang pada burung-burung yang pertama melainkan juga memberikan kehangatan dalam memelihara suhu badan. Modifikasi bulu burung masa kini ada yang berubah fungsi menjadi lapisan yang kedap air, sebagai alat perasa, berwarna cerah atau berburik-burik untuk memikat atau menyamar. Karena sayap dipergunakan untuk terbang, burung kehilangan fungsi tangan dan menjadi makhluk berkaki dua (Mackinnon, 1990).
          Para ahli sistematika menggunakan taksonomi yaitu identifikasi dan klasifikasi spesies dalam upaya menyusun organisme dalam kategori yang mencerminkan filogeni. Taksonomi yang dikembangkan oleh Linnaeus pada abad ke-18 memiliki dua ciri penting. Pertama, metode ini memberikan setiap spesies sebuah nama latin yang terdiri atas dua kata atau binomial. Kata pertama nama itu adalah genus (jamak, genera) kema spesies organisme itu tergolong. Sebagi contoh, semua burung finch darat kepulauan Galapagos adalah anggota genus Geospiza (suatu nama yang dilatinkan yang diturunkan dari kata Yunani ge, “tanah” dan spiza, “burung finch”. Bagian kedua nama binomial itu atau epitet spesifik menunjuk pada satu spesies di dalam genus tersebut (Campbell, 2003).
            Beberapa burung membuat perjalanan kita tampak mencengangkan di luar negeri, gurun, pegunungan tinggi atau medan bermusuhan lainnya. Fakta bahwa beberapa burung dapat melakukan perjalanan seperti itu tidak berarti bahwa semua bisa melakukannya. Banyak tergantung pada fitur dari burung itu sendiri, seperti ukuran dalam fisiologi dan juga disesuaikan pada habitat itu. Lautan yang tidak ramah bagi burung darat, benua untuk burung laut pelagis, negara terbuka untuk burung hutan, hutan untuk burung negara terbuka dan gurun tandus untuk hampir semua burung dan pada beberapa rute darat, unggas air dan penyeberang mungkin mengalami beberapa situs di mana mereka dapat beristirahat dan makan. Kebanyakan burung terbang dapat bermigrasi di daerah kecil habitat bermusuhan bahwa mereka bisa menyeberang dalam kesulitan beberapa jam. Terutama pada beberapa perjalanan lagi yang membutuhkan lebih dari 24 jam terbang tanpa henti atau kondisi seluruh fisiologis yang keras, seperti suhu dan kelembaban ekstrim atau sangat berkurang kadar oksigen. Burung darat yang bermigrasi di lautan memberikan beberapa contoh yang paling ekstrim penerbangan daya tahan dan navigasi yang tepat ketika mereka melakukan perjalanan tanpa berkesempatan untuk memberi makan, minum atau istirahat, di wilayah yang luas dari perairan terbuka tanpa bantuan. Mereka juga dapat berhenti dan berteduh. Burung berada di darat ketika cuaca berbalik melawan mereka. Sementara beberapa burung darat pada saat terbang diatas air untuk mengambil apa pun kesempatan untuk beristirahat tersedia, berhenti di kapal dan instalasi lain atau bahkan di atas tikar vegetasi atau kapal terapung lainnya, mereka mungkin mewakili minoritas kelelahan dan pasti burung darat singgah untuk meminum air (Newton, 2008).
           Tulang burung berevolusi menjadi berongga berisi udara dan lebih ringan; tulang punggungnya menjadi lebih pendek dan menyatu; paruhnnya terbentuk dari zat tanduk yang ringan dan tidak bergigi dibandingkan dengan rahang bergigi dari tulang yang berat pada reptil, nenek moyang mereka. Bentuk tubuh burung telah terbukti sangat berhasil dalam penyebarannya di seluruh  muka bumi. Mereka menempati setiap tipe habitat dari katulistiwa sampai daerah kutub ada burung hutan, burung padang terbuka, burung gunung, burung air, ada burung yang menjelajahi samudera terbuka dan ada juga burung yang hidup dalam gua dan dapat menemukan arah dalam kegelapan (Mackinnon, 1990).

2.2 Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies adalah jumlah spesies yang beragam yang hidup di suatu lokasi tertentu. Di lain pihak terdapat banyak definisi lain yang bersifat khusus dan kuantitatif mengenai keanekaragaman spesies. Ahli ekologi misalnya telah mengembangkan definisi yang berbeda-beda untuk membandingkan keanekaragaman secara keseluruhan dari komunitas yang berbeda pada berbagai skala geografi yang beragam pula. Indeks kuantitatif keanekaragaman hayati telah dikembangkan terutama untuk menunjukkan keanekaragaman spesies pada tiga skala geografi yang berbeda. Pada tingkat yang paling sederhana, keanekaragaman didefinisikan sebagai jumlah spesies yang ditemukan dalam komunitas. Ukurannya seringkali disebut dengan kekayaan spesies atau keanekaragaman alfa. Keanekaragaman gamma digunakan untuk skala geografi yang lebih luas yaitu jumlah spesies di dalam regional yang luas atau benua. Bila pengurangan dilakukan pada skala bentang alam maka digunakan istilah keanekaragaman beta. Keanekaragaman beta menghubungkan keanekaragaman alfa dan gamma serta menggambarkan tingkat perubahan komposisi spesies, melintasi satu daerah yang luas. Misalnya, jika spesies burung di satu gunung seluruhnya berbeda dengan burung-burung di gunung lainnya yang terdekat maka keanekaragaman betanya akan tinggi (Indrawan., et al. 2007).
            Banyak ahli taksonomi mengelompokkan kingdom ke dalam suatu kategori taksonomik yang lebih tinggi yaitu domain. Genus Geospiza menyatu dengan enam spesies dari genus Camarhynchus dan berbagai genus burung finch lain yang meliputu finch emas dan beberapa grosbeak dalam famili Fringillidae, famili burung finch. Famili ini termasuk ke dalam ordo Passeriformes (burung bertengger) yang juga meliputu Hirundinidae (burung layang-layang), Sturnidae (burung jalak) dan beberapa famili burung lain yang masih berkerabat. Ordo Passeriformes dikelompokkan dengan banyak ordo lain dalam kelas Aves yaitu burung. Kelas Aves merupakan salah satu diantara beberapa kelas yang termasuk ke dalam filum Chordata dalam kingdom Animalia dan kingdom ini termasuk ke dalam domain Eukarya. Masing-masing tingkatan taksonomik lebih luas dibandingkan dengan tingkat taksonomik sebelumnya. Semua anggota famili burung finch yaitu Fringillidae juga termasuk ke dalam ordo Passeriformes dan kelas Aves namun tidak semua burung adalah burung finch (Campbell, 2003).
2.3 Cara Menemukan Burung
            Menemukan semua spesies di daerah terutama tergantung pada keterampilan melihat burung dengan baik. Pengamat perlu untuk sampai ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat dan untuk mengidentifikasi setiap jenis burung di sana. Identifikasi cepat dan akurat sangat penting. Hanya sedikit orang yang dapat mengidentifikasi benar-benar segala sesuatu dari pemandangan singkat atau suara tetapi jika lebih dari 10% dari kontak yang tak dikenal. Anda perlu meningkatkan keterampilan identifikasi Anda untuk mengumpulkan data berharga. Di daerah yang asing terutama di daerah tropis, ini mungkin memakan waktu beberapa hari, tetapi mereka hari dihabiskan dengan baik. Kebanyakan pendeteksian akan dengan telinga tetapi untuk memulai dengan Anda mungkin perlu melihat burung untuk mengidentifikasi itu. Bantuan dapat dari ahli lokal dalam sangat berharga semakin dimungkinkan untuk berlatih dengan mendapatkan suara rekaman. Mengamati dapat bekerja berpasangan dan membandingkan catatan untuk apa yang mereka rekam untuk melihat identifikasi (Sutherland, 2004).

2.4 Tipe Gerakan Burung
Istilah penduduk dan menetap biasanya diterapkan untuk burung yang menempati daerah umum sepanjang tahun yang sama dan untuk populasi yang tidak membuat gerakan skala besar yang jelas yang mengakibatkan perubahan dalam distribusi geografis. Migrasi jangka kurang mudah didefinisikan karena itu berarti hal yang berbeda untuk orang yang berbeda untuk. Ornitologi cenderung penggunaan kata hanya untuk gerakan kembali antara peternakan dan daerah non-breeding tapi ahli biologi bekerja dengan organisme lain sering menggunakan istilah yang lebih luas. Gerakan burung dibagi menjadi enam jenis utama: Pertama, ada gerakan rutin sehari-hari berpusat pada tempat tinggal yang terjadi semua burung, apakah kelas tinggal atau migrasi. Kedua, ada gerakan penyebaran satu arah. Dan kedua jenis burung menetap dan berpindah setelah menjadi independen dari orang tua mereka, penyebaran muda berbagai arah dari situs natal mereka. Ketiga, ada migrasi di mana individu membuat gerakan kembali biasa sekitar waktu yang sama setiap tahun, sering ke tujuan tertentu. Keempat, ada kategori lain migrasi yang disebut migrasi dispersif di mana gerakan pasca pembibitan dapat terjadi di segala arah dari situs peternakan (seperti penyebaran) tapi masih melibatkan perjalanan pulang (seperti migrasi lainnya). Kelima, ada letusan (atau migrasi invasi) yang seperti migrasi musiman lainnya kecuali bahwa proporsi burung yang meninggalkan rentang pemuliaan dan jarak mereka melakukan perjalanan sangat bervariasi dari tahun ke tahun. Keenam, ada nomadisme di mana burung berkisar dari satu daerah ke daerah lain yang berada untuk waktu di mana pun makanan sementara berlimpah dan berkembang biak jika memungkinkan (Newton, 2008).

2.5 Taksonomi Modern
Taksonomi modern, ilmu klasifikasi makhluk hidup, menciptakan sistem klasifikasi yang menggambarkan hubungan evolusi dari spesies. Dengan mengidentifikasi hubungan-hubungan ini, ahli taksonomi membantu ahli biologi konservasi mengidentifikasi spesies atau kelompok-kelompok yang evolusinya unik atau cukup layak dilakukan upaya konservasi. Dalam klasifikasi modern: spesies yang mirip dikelompokkan dalam satu genus Blackburnian warbler (Dendroica fusca) dan berbagai spesies Warbler (burung kecici) yang mirip dimasukkan dalam genus Dendroica. Genus (marga) yang mirip dikelompokkan ke dalam satu famili (suku): semua genus Wood Warbler (burung kecici hutan) masuk dalam famili Parulidae. Famili yang mirip dikelompokkan ke dalam satu ordo: semua famili burung berkicau masuk ke dalam ordo Passeriformes. Ordo yang mirip dikelompokkan ke dalam satu kelas (bangsa): semua ordo burung masuk kelas Aves. Kelas yang mirip dikelompokkan ke dalam satu filum Chodata. Filum yang mirip dikelompokkan ke dalam satu kingdom/kerajaan: semua kelas hewan masuk ke dalam kingdom Animalia. Ahli biologi modern sekarang mengenali tiga domain dengan 6 kingdom di dunia: domain dan kingdom pertama adalah domain bakteria dengan kingdom bakteria yang meliputi pula spesies sel tunggal tanpa inti sel (nucleus). Domain dan kingdom kedua adalah Archaea meliputi spesies mirip bakteria yang secara evolusu berbeda, seringkali hidup dalam lingkungan yang ekstrim. Domain ketiga adalah Eukariota, spesies dengan sel inti yang meliputi empat kingdom yaitu protiste bersel tunggal, hewan (animalia), tumbuh-tumbuhan dan jamur. Kingom animalia memiliki spesies terbanyak dan bakteri belum banyak diketahui (Indrawan., et al. 2007).


BAB  3
BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat
              Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 November 2015 dilokasi Kawasan Wisata Pantai Serambi Deli Kabupaten Deli Serdang dan Laboratorium Ekologi Umum, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2 Alat dan Bahan
              Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah teropong binokuler, teropong monokuler, camera digital, tripot, papan kerja, payung, kursi dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah berbagai spesies aves yang ada dilokasi pantai, tabel data pengamatan aves dan buku identifikasi aves.

3.3 Prosedur Percobaan
            Pada praktikum ini disediakan teropong binokuler, teropong monokuler, tripot dan camera digital. Dibawa payung, kursi dan buku identifikasi aves. Ditentukan lokasi pengamatan ke tengah pantai pada saat surut. Dipasang teropong monokuler diatas tripot dan dipegang teropong binokuler. Diamati spesies-spesies aves yang terlihat. Dicatat perilaku spesies yang diamati setiap 5 menit sekali selama 2 jam dimulai dari pukul 09.00-11.00 WIB ditabel data pengamatan aves yang telah disediakan. Diidentifikasi spesies yang didapat.




BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
                 Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
a.    Diperoleh data pengamatan aves yaitu 6 jenis burung dengan spesies Numenius phaeopus berjumlah 5 ekor, Mycteria cinerea berjumlah 3 ekor, Actitis hypoleucos berjumlah 25 ekor, Tringa totanus berjumlah 3 ekor, Sterna nilotica berjumlah 2 ekor dan Calidris tenuirostris berjumlah 3 ekor.
b.    Spesies burung yang diperoleh yaitu Numenius phaeopus (gajahan), Mycteria cinerea (bangau bluwok), Actitis hypoleucos (trinil pantai), Tringa totanus (trinil kaki merah), Sterna nilotica (dara laut tengkuk hitam) dan Calidris tenuirostris (kedidi besar).
c.    Perilaku individu yang terjadi pada spesies Sterna nilotica yang diamati yaitu menelisik bulu, menggaruk kepala, mengembangkan bulu-bulu kepala, mengembangkan bulu-bulu leher, mengembangkan bulu-bulu pungung, mengembangan bulu-bulu bagian belakang ekor, mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekor, kenyamanan tubuh, menggoyang tubuh, mengangkat sayap, mengepak-ngepak sayap, menganga, menggerakkan mandibula, kepala tergolek di leher dan tidur. Perilaku sosial yang terjadi yaitu hirarki dominasi yang hanya terjadi pada menit ke-10, 15 dan menit ke-75.

5.2  Saran
                 Adapun saran dari praktikum ini adalah :
a.         Sebaiknya praktikan selanjutnya mampu memanfaatkan waktu selama praktikum berlangsung
b.        Sebaiknya praktikan selanjutnya harus lebih berhati-hati dalam melakukan pengamatan
c.         Sebaiknya praktikan selanjutnya harus lebih teliti dalam pengamatan aves

DAFTAR PUSTAKA



Campbell, N.A. 2003. Biologi. Edisi Kelima. Jilid Kedua. Penerbit Erlangga: Jakarta.
              Hal 71 dan 73

Indrawan, M., et al. 2007. Biologi Konservasi. Edisi Revisi. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
              Hal 16, 18, 21-22

Mackinnon, J. 1990. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali. Edisi Indonesia. Gadjah Mada Unniversity Press : Yogyakarta.
              Hal 1-2

Newton, I. 2008. The Migration Ecology of Birds. First Edition. Elsevier Ltd : London.
              Pages 2-4 dan139-140

Sudarmadji., et al. 2013. Ekologi Lingkungan Kawasan Karst Indonesia. Edisi Pertama. Penerbit Deepublish : Yogyakarta.
              Hal 134

Sutherland, W. J., et al. 2004. Bird Ecology and Conservation. First Edition. Oxford University Press : New York.
              Page 4


































Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.